Ramadan Madrasah Islam Damai

Ilustrasi Ramadan/freepik

UINSGD.AC.ID (Humas) –MADRASAH saum memberikan banyak pelajaran terhadap kaum muslim yang berpuasa, di antaranya pelajaran tentang Islam rahmat dan damai atau Islam rahmatan lil’alamin. Pelajaran tersebut sudah tampak pada ay at-ayat yang berkaitan dengan saum, yakni surat Albaqarah ayat 183 dan seterusnya.

Ayat ini dimulai dengan ungkapan yaq ayyuhal ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman). Ini merupakan panggilan dan sapaan penuh kasih sayang dari Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Hurup “ha” dalam prasa ayyuhaa menurut pakar bahasa Arab memiliki fungsi tanbih (pengigatan). Allah mengingatkan orang-orang yang beriman tentang karakter-karakter kepribadian baik yang harus tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari, termasuk perilaku menebar kasih sayang dan kedamaian kepada sesama.

Ungkapan alladzina aamanuu merupakan pensifatan yang diberikan kepada orang-orang Islam yang telah memiliki karakter-karakter keimanan yang mantap. Penggunaan bentuk pola fiil madhi pada ungkapan aamanuu berisi penegasan tentang sudah builtin-nya karakter keimanan pada orang orang Islam.

Inilah sifat Allah yang harus ditiru hamba-hamba-Nya: sifat memandang positif kepada orang lain, melihat sisi-sisi baik orang lain, dan mengungkapan ekspresi mengandung pujian yang membuat orang yang disapa senang, damai, dan tentram.

Pelajaran damai dan kasih sayang lainnya dapat dilihat dari praktik puasa yang diperintahkan oleh ayat tersebut. Berpuasa tidak berarti mengekang sama sekali kebutuhan dasar manusia seperti makan-minum dan seks. Tidak. Itu semua masih tetap dapat dilakukan oleh mukmin setelah berbuka.

Sebagai Tuhan dan Pencipta, bukankah Allah bisa saja memerintahkan orang-orang beriman untuk berpuasa selama 24 jam? Bisa, tapi Allah tidak memerintahkan hal itu sebab Allah tahu batas kemam- puan manusia untuk berpuasa. Sekali lagi ini sifat kasih sayang Allah yang perlu ditiru hamba-hamba-Nya. Jangan membebani orang lain yang tidak akan sanggup menanggungnya karena itu akan membuatnya susah dan tidak nyaman. Kalaupun harus membuat orang lain dibebani sesuatu, berikanlah beban yang dapat ditanggungnya sehingga membuatnya nyaman dan senang.

Rukhshah (keringanan) tidak berpuasa yang diberikan kepada orang sakit, musafir, dan orang renta yang tidak kuat berpuasa merupakan sisi lain pelajaran damai dan nyaman yang diajarkan madrasah saum.

Tidak radikal dalam memberikan beban kepada yang tidak mampu menanggungnya. Inilah poinnya. Implementasinya dalam sikap keberagamaan cukup luas. Kita harus melihat kapasitas seseorang sebelum kita menyampaikan pesan keagamaan. Memaksakan suatu pesan yang tidak dapat dipahami akan membuat orang merasa tidak nyaman dan rumit. Sampaikanlah pesan agama sesuai dengan kadar kemampuan manusia. Itu kira- kira pesan Nabi terhadap umatnya.

Sugesti berbuat charity di bulan Ramadhan melalui banyak hadis melahirkan pelajaran lain tentang Islam damai ini. “Siapa pun yang mem- beri makan (berbuka) kepada orang yang berpuasa, baginya pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” Ini pesan charity dari Nabi. Membuat orang lain keluar dari kesusahan adalah poin pelajarannya.

Seorang mukmin harus berperan dalam menyelesaikan problem keumatan. Ini artinya harus ada upaya bersama menyelesaikan kesulitan yang dialami sesama mukmin. Tidak boleh ada seorang mukmin membiarkan saudara seimannya tetap dalam kesulitan tanpa ada upaya apa-apa untuk membantu meringankan bebannya. Kata Nabi, kita harus jadi orang yang memberikan manfaat sebanyak-banyak kepada orang lain. Khairuhumanfauhum linnas. Pantang bagi seorang mukmin menjadikan orang lain sengsara, menderita, dan menjadi susah.

Zakat, infak, dan sedekah (ZIS) merupakan wujud konkret umat Islam di bulan Ramadan. Tujuan utamanya, yakni membuat orang lain keluar dari kesulitan ekonominya. ZIS merupakan pelajaran madrasah saum tentang pemberian rasa aman dan senang kepada orang-orang yang selama ini diresahkan dan disulitkan oleh persoalan ekonomi (baca: fakir dan miskin).

Bertutur kata tidak baik atau bahkan menyakitkan orang lain termasuk sesuatu yang dilarang dilakukan orang yang sedang berpuasa. “Siapa pun yang tidak meninggalkan perkataan zur (tak pantas/tidak baik) dan perbuatan zur, Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya”.

Demikian pesan Nabi dalam riwayat al-Bukhari. Bukankah ini pelajaran Islam damai yang sangat dahsyat dari madrasah saum? Ingat, betapa banyak konflik terjadi gara-gara tutur kata yang tidak terkontrol. Betapa banyak orang tersakiti lantaran tutur kata yang menyakitkan.

Ramadan mengajarkan kepada kita untuk selalu mengontrol tutur kata agar tidak ada orang yang tersinggung dan tersakiti oleh lidah kita. Islam harus disampaikan secara lembut dan penuh kedamaian agar pesannya sampai kepada hati sanubari seseorang dengan baik.

Ramadan adalah madrasah Islam damai. Kita adalah para murid madrasahnya. Kita harus jadi lulusan yang berkarakter Islam damai, Islam rahmatan lil’alamin. Semoga kita menjadi lulusan-lulusan yang unggul dengan menjadi pribadi yang menebarkan kedamaian ke sekeliling kita. Aamiin.

Prof Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Galamedia 1 Juni 2018

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *