Ramadhan Melatih Fisik, Hati, dan Pikiran

(UINSGD.AC.ID)-Ramadhan merupakan bulan melatih fisik, hati dan pikiran. Fisik dilatih agar dapat menahan diri dari makan, minum dan seks yang bukan waktu, tempat dan kaidahnya. Diperbolehkan bila waktunya tiba, karena dilarang pula jika terus menerus berpuasa tanpa berbuka.

Ada saat menahan, kemudian tiba saat menikmati makanan dengan penuh syukur atas nikmat Tuhan. Saat berbuka puasa tiba, tubuh diingatkan untuk tidak berlebihan, sehingga mengganggu ibadah lainnya. Terlalu kenyang, ngantuklah, shalat Isya dan shalat sunnah serta aktivitas ibadah terlewatlah.

Lapar dan haus menjadi mata pelajaran kehidupan, betapa banyak saudara kita yang kekurangan. Jika kita berpikir esok mau makan dengan apa dan di mana, mereka bersedih hati karena entah masihkah ada makan untuknya.

Shalat malam dan sahur membuat kita terbangun lebih cepat. Saudara kita di negara konflik selalu terjaga, harus bersiap menyelamatkan diri dari bom dan senjata. Saudara kita yang paling dekat, masih banyak yang tidurnya dibersamai nyamuk dan segala bentuk ketaknyamanan menjadikan nyenyak merupakan kemewahan. Sementara kita, jika siangnya terasa ngantuk, tertidur di rumah atau kantor dengan nyaman. Maka nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, “Allah berfirman, semua amal anak Adam itu untuk dia sendiri, kecuali shaum, karena shaum itu untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Shaum itu benteng pelindung dari siksa neraka. Oleh karena itu, apabila kamu sedang shaum, janganlah bersetubuh dan jangan pula berbuat gaduh.

Apabila seseorang memaki dan mengajak bertengkar, katakanlah, ‘sesungguhnya saya sedang shaum.’ Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang shaum lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat, daripada harum kasturi. Selain itu, orang shaum akan mendapatkan dua kali kegembiraan, yaitu pada saat berbuka dan apabila kelak bertemu Tuhannya, dia gembira dengan shaumnya,” (HR Muslim).

Mari berusaha meraih kegembiraan yang dijanjikan Tuhan. Teruslah pikiran dilatih agar selalu merenungkan segala keagungan Tuhan. Mengurangi kebodohan dengan menambah ilmu pengetahuan.

Dalam iktikaf dan tadarus, tenggelam memasuki samudera tanpa batas ilmu Tuhan. Berpikir terus dilatih hanya untuk menebar kebaikan dan kemanfaatan. Tipu muslihat dan kejahatan pikiran diempaskan.

Hati dilatih agar amarah ditahan dan menghindari permusuhan. Menjauhi iri dengki dan hati pun dilembutkan untuk menguatkan persaudaraan. Fisik, hati dan pikiran ditempa sebulan dalam mata pelajaran keutamaan agar mampu mencapai kemuliaan. Pantas kiranya mereka yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadah shaum akan mencapai derajat ketakwaan. Wallaahu a’lam.

Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Republika 27 April 2021

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *