Mengkaji bagaimana kehadiran Islam moderat berkontribusi terhadap perdamaian dunia adalah hal yang penting dilakukan, terutama ketika istilah perang global melawan terorisme banyak didengungkan. Apalagi, hingga saat ini kelompok-kelompok Islam moderat belum menjadi fokus kajian yang menarik, terutama di kalangan praktisi media Barat, jika dibandingkan dengan kajian tentang Islam radikal.
Tulisan ini berusaha menghadirkan fenomena agen Islam moderat di Australia yang diinisiasi oleh CITE (Centre for Islamic Thought and Education), sebuah lembaga yang berada di bawah Fakultas Pendidikan, University of South Australia. Menurut para punggawanya, keberadaan lembaga ini dinilai penting untuk mengklarifikasi imej negatif tentang Islam.
“saya mendambakan lembaga ini (CITE) menjadi kendaraan yang powerful yang bisa mengkontekstualisasikan pemahaman Islam bagi masyarakat Australia sehingga bisa bekerjasama dan bukan bersebrangan dengan konteks masyarakat Australia yang multikultur.” Begitu kata Mohammad Abdalla, direktur CITE.
Professor Mohamad Abdalla adalah diantara sekian akademisi Muslim moderat yang dihormati dan disegani di Australia karena keilmuan dan aktivitas keagamaannya. Ia bukan hanya seorang pendiri dan direktur CITE, tapi juga dipandang sebagai tokoh agama Islam yang sering mewakili kalangan umat Islam Australia dalam kegiatan-kegiatan atau forum-forum dialog agama dan keislaman.
Sejak peristiwa tragis 11 September 2001 di Amerika, serta pembakaran masjidnya di Kuraby, Brisbane, Australia, Professor Abdalla tanpa lelah membuka dan membangun dialog dengan tokoh-tokoh dari berbagai agama. Dia telah berhasil memimpin rekonsiliasi antara Muslim Australia dan komunitas Australia dengan membuat jembatan penghubung (building bridge) untuk saling memahami satu sama lain.
Promosi Islam Moderat Melalui Riset: Dari Hubungan Islam dan Barat Sampai Kekerasan Domestik
CITE memiliki fokus kajian yang cukup beragam. Dalam Booklet tahun 2017 disebutkan bahwa kajian-kajian riset yang mereka lakukan di antaranya tentang: 1) Hubungan antar peradaban: Islam dan Barat; 2) Kontekstualisasi Pemikiran Islam; 3) Pembaharuan Sekolah Islam (Efektivitas, Kualitas, Pedagogi dan kurikulum pendidikan Islam); 4) Manajemen dan Kepemimpinan: Teori dan Praktek (Kombinasi antara teori Kontemporer dan Nilai-nilai Islam); 5) Islam di Australia: Budaya dan Identitas; 6) Perbankan dan Keuangan Islam; dan 7) Kekerasan Domestik dalam Keluarga Multikultur dan Multiagama.
Dari fokus kajian riset di atas, kita bisa melihat bahwa kajian riset yang dilakukan oleh CITE berusaha menampilkan wajah Islam yang moderat dan kontekstual. CITE nampaknya berusaha mengkaji dan mempromosikan pandangan bahwa antara Islam dan Barat bisa saling bersinergi, bukan saling menegasikan dan mendikotomi. Untuk menjembatani hal tersebut, CITE melihat bahwa sekolah bisa dijadikan pintu masuk untuk mensosialisasikan hubungan antara Islam dan Barat. Karenanya, kajian riset CITE selanjutnya adalah dengan mengkaji dan melakukan riset tentang bagaimana memperbarui sekolah Islam dari sisi pengajaran, efektivitas bahkan kurikulum sekolah-sekolah Islam di Australia.
Dalam risetnya, mereka fokus melakukan observasi di sekolah-sekolah Islam Australia untuk memahami bagaimana teori pedagogi Islam dimanifestasikan dalam struktur, kultur, dan praktek pedagosis di sekolah. Fokus penelitian CITE dalam hal ini bertujuan untuk menginformasikan perlunya pembaharuan sekolah Islam, pelatihan guru, dan lebih luas lagi, mencari format pendidikan inklusif di sekolah-sekolah Islam di Australia.
Selain itu, CITE juga mengkaji tentang penerapan atau aplikasi Islam pada anak muda Islam Australia. Dalam hal ini, CITE berusaha mengumpulkan data untuk menilai relevansi program studi Islam (program dua tahun dan part time) yang ditawarkan kepada anak-anak muda Islam Australia di empat Negara bagian (New South Wales, South Australia, Victoria dan Queensland). Program ini menjadikan pemikiran kritis (critical thinking) sebagai alat bantu untuk memahami tradisi-tradisi Islam yang kaya serta memahami bagaimana anak-anak muda Islam Australia hidup dan tumbuh dalam konteks kekhasan Negara Australia.
Promosi Islam Moderate Melalui Konferensi dan Training Guru
CITE memiliki dua kegiatan tahunan yang berkaitan dengan konferensi pendidikan Islam yaitu Australian Islamic Education Forum dan Annual Autralian Islamic Schooling Conference, serta satu program training dengan nama New Teacher Training Program. Tiga kegiatan ini mempunyai tujuan yang sesuai dengan visi dan misi CITE agar ajaran Islam tidak disalahfahami bukan hanya oleh orang non-Muslim, tetapi juga oleh kaum Muslim di Australia, terutama kalangan muda.
Australian Islamic Education Forum memiliki tujuan untuk membekali para pengajar di sekolah-sekolah Islam di Australia (guru di sekolah Islam, madrasah atau guru di rumah). Mereka mengajarkan tentang kerangka berpikir dalam pengajaran Islam, serta mendorong mereka untuk memiliki jaringan, membuat kerjasama dan kolaborasi, serta saling berbagi pengalaman tentang harapan dan praktek pengajaran di sekolah-sekolah Islam di Australia.
Sedangkan Annual Australian Islamic Schooling Conference, merupakan konferensi yang merupakan lanjutan dari kegiatan Australian Islamic Education Forum. Tidak jauh dari kegiatan sebelumnya, tema konferensi ini juga membahas tentang kurikulum yang sebelumnya dibahas pada kegiatan forum pendidikan.
Konferensi ini nampaknya mendapatkan respon yang baik dari para akademisi Islam, tidak hanya dari Australia tapi dari beberapa negara lainnya. Tercatat ada para partisipan yang datang dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, Kesultanan Oman, Indonesia, Singapore, Uni Emirat Arab dan negara lainnya.
Selain itu, konferensi ini juga dihadiri oleh berbagai pihak, diantaranya perwakilan-perwakilan sekolah Islam yang ada di seluruh Australia. Konferensi ini juga mengeksplorasi beberapa sub-tema yang berkaitan dengan kurikulum, model-model kontemporer, perspektif kurikulum lintas agama, praktek inovatif pengajaran Bahasa Arab dan studi Islam serta pentingnya pedagogi dan kepemimpinan dalam menerapkan sebuah kurikulum yang berkualitas.
Selain kedua program di atas, CITE juga manawarkan program pembelajaran baru yang bersifat on-line. Program yang disebut dengan New Teacher Training Program ini diyakini akan menarik bagi guru atau calon guru di sekolah Islam juga para pengajar siswa Muslim di sekolah-sekolah lainnya. Ada dua program yang ditawarkan CITE. Pertama, program Master of Teaching yang memberikan peluang seseorang untuk menjadi guru di Australia dengan spesialisasi pedagogi Islam bagi mereka-mereka yang mempunyai latar belakang sarjana S1 yang relevan. Kedua, program Graduate Diploma in Education (Islamic Education) yang menawarkan program pengajar professional bagi para guru agar memahami kebijakan, standard dan prakek pendidikan kontemporer dengan kerangka pikir pedagogi Islam. Tujuan program ini adalah untuk menyediakan training dan pembelajaran professional yang responsive terhadap konteks dan kebutuhan siswa Muslim di Australia.
Dengan melihat ketokohan Abdalla, para peneliti di CITE serta program riset dan program pendidikan Islam lainnya yang dilakukan oleh CITE di atas, tampak jelas bahwa CITE memiliki program strategis dalam mengkampanyekan dan mempromosikan Islam yang kontekstual serta Islam moderat yang adaptif terhadap konteks Australia. Selain memberikan penjelasan dan pemahaman Islam yang moderat kepada para mahasiswa dan masyarakat Australia secara umum, CITE juga menjadikan siswa-siswa sekolah sebagai obyek promosi Islam moderat. Selain itu, CITE juga menjadikan calon-calon guru sebagai agen yang membantu mempromosikan moderasi Islam kepada siswa-siswa Muslim dan non-Muslim di Australia.
Program strategis ini dalam jangka panjang bisa mengklarifikasi persepsi siswa khususnya dan masyarakat Australia pada umumnya tentang Islam dan Muslim yang sering disalahfahami. Melalui perubahan kurikulum di sekolah serta menyiapkan training bagi calon-calon guru, maka CITE sudah membantu menyiapkan agen-agen dalam menyebarkan Islam yang seringkali dipersepsikan negatif oleh publik Australia, apalagi oleh siswa-siswa yang tidak mengetahui apa itu Islam dan Muslim yang sebenarnya. [FYI]
Ahmad Ali Nurdin, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)