Merawat Cinta untuk Baginda

(UINSGD.AC.ID)-Dalam buku yang berjudul, Muhammad: A Western Attempt to Understand Islam, Karen Armstrong menulis, bahwa dalam sepanjang sejarah, orang-orang Barat selalu melancarkan aksi kebencian terutama dalam bentuk penodaan dan penghinaan kepada Rasulullah SAW. Ragam kampanye hitam itu terus diproduksi, direproduksi dan didistribusikan secara masif dalam sepanjang sejarah.

Karena itu, orang-orang seperti; Hugo de Groot, ilmuwan Hukum yang menghina Rasulullah sebagai pengidap epilepsi. Sampai sederet novelis, kartunis dan jurnalis kontemporer Erofa seperti; Salman Rusdhi, Lars Vilks, Stephane “Charb” Charbonnier, Kurt Westergard, Carsten Juste, dan Flemming Rose, terang-terangkan mengumbar kebencian dengan menggambarkan sosok Baginda Nabi dalam novel dan karikatur yang teramat keji.
Dengan dalih kebebasan berkarya dan berlindung di bawah tafsir absurd tentang hak asasi manusia, bila meminjam analisa Karen Amstrong, upaya serupa dengan wajah yang berbeda akan terus dilakukan orang-orang Barat untuk menodai dan menghina Baginda Nabi. Tujuannya jelas, agar dalam sepanjang sejarah, manusia di dunia mengenal Muhammad bukan sebagai pribadi mulia nan terpuji, tetapi sebagai sosok yang hina dan menakutkan. Di sisi lain, aksi mendeskriditkan Baginda Nabi itu gencar dikampanyekan, agar kecintaan umat Islam kepada Rasulnya, terus memudar dan terkikis habis.

Gelobang kecintaan umat manusia kepada Baginda Nabi, menjadi semacam monster yang menakutkan orang-orang Barat. Alasannya, buah dari kecintaan mendalam umat manusia kepada baginda Nabi, Islam yang mereka prediksi akan tenggelam di telan sejarah pada awal abad ke-20, sungguh tidak terbukti.

Berikutnya, ujaran kebencian yang mereka kampanyekan, tentu saja kurang arif bahkan tidak baik kalau dibalas dengan ekspresi kebencian serupa. Tugas kita dalam merespon “proyek kebencian abadi” itu adalah dengan memupuk subur kecintaaan kita kepada Baginda Nabi.
Dalam hal ini, Baginda Nabi telah banyak memberi motivasi. Suatu ketika menjelang sholat maghrib tiba, seorang Arab dusun bergegas menemui Rasulullah. Ia kemudian bertaya, “Ya Rasulah kapan hari kiamat itu tiba?”. Rasululah tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Setelah selesai shalat, dengan menghadap kepada jemaah Rasulullah bertanya, “mana orang yang tadi bertanya?” “Saya ya Rasulallah”, sahut orang dusun tadi. Kemudian Rasulullah bertanya, “Engkau bertanya tentang hari kiamat, lalu apa yang telah engkau siapkan untuk menyambut hari itu?” orang itu menjawab, “saya tidak mempersiapkan apapun, kecuali kecintaan saya kepadamu Ya Rasulullah”. Baginda berkata, “Engkau akan dihimpun beserta orang yang engkau cintai”. Sahabat yang lain penasaran bertanya, “Ya Rasulallah apakah hal itu hanya berlaku bagi orang ini atau untuk kami semua?” Baginda nabi menjawab, “Bagi kamu sekalian dan bagi seluruh kaum muslimin”.

Sekaitan dengan itu, dalam rekomendasi para ulama, diantara cara merawat cinta kepada Baginda adalah; maulidnya diperingati dengan penuh kerinduan, lalu dengan penuh kehangat jiwa, keagungan nama dan kemuliaan keluarganya dihadirkan dalam setiap shalawat kita, berikutnya sunahnya kita hidupkan sepanjang masa. Bagi mereka yang beruntung bisa menjadi tamu Allah untuk ibadah ibadah haji dan umrah, rawatlah kecintaan kepada Baginda, dengan berziarah ke makbaroh-nya, seraya lirih menyapa. “assalamu alaika ya habiballah, assalamu alaika ya Rasulullah”.

Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Pikiran Rakyat 26 Oktober 2021

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *