POTRET RAMADHAN DI MEDIA

(UINSGD.AC.ID)-Bulan Ramadhan merupakan bulan yang spesial untuk umat manusia, lebih spesial lagi untuk umat muslim. Bulan Ramadhan benar-benar memberikan keberkahan untuk alam semesta. Perputaran ekonomi meningkat tajam. Suhu politik menurun. Tenang, sejuk, dan damai begitu terasa memasukan bulan Ramadhan.

Di bulan ini segala sesuatunya diprioritaskan. Banyak momentum yang tidak pernah dilewatkan. Makanan, minuman, aktivitas dan ritualitas ibadah mendadak berkualitas. Sajian-sajian berbagai konten di media massa dan media sosial pun tidak kalah menariknya. Seolah-olah ingin berebut rezeki dan berbagi pahala di bulan yang hanya satu kali dalam setahun.

Ada peran media massa dan media sosial dalam mempertebal kesakralan bulan Ramadhan. Pakaian para presenter, reporter, dan para pengisi acara lainnya mendadak syari atau berupaya tampil lebih sopan. Berbagai program pun sarat dengan pesan-pesan religi.

Media sosial pun tidak kalah menariknya. Media yang menjadi nomor satu di muka bumi ini, menyulap muatan-mutan kontennya dengan nuansa-nuansa Ramadhan. Konten-konten hiburan dan gaya feature pun banyak menghiasi layar.

Melalui kekuatan dan kelebihan media, Ramadhan benar-benar direkonstruksi sebagai bulan yang penuh barokah, sehingga masyarakat kembali ingat dan melakukan amalan-amalan yang bisa mendapatkan imbalan yang lebih besar di bulan Ramadhan.

Kita harus berterima kasih kepada media, karena media telah membantu mendistribusikan pesan-pesan keagamaan, salah satunya tentang Ramadhan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh umat muslim.

Agenda Media

Prinsip bisnis media massa ialah mengikuti perkembangan audiens dan platform media yang sedang ramai dipakai. Semaraknya media sosial, media massa seolah-olah dituntut keadaan untuk mengikuti perkembangan media yang digunakan konsumennya. Selain mempertahankan media massa yang menggunakan media dengan platform konvensional, media massa juga mengoptimalkan platform-platform baru di media sosial sebagai media untuk mendistribusikan kontennya.

Ada pergeseran konten yang ada di media. jauh sebelum media sosial dipakai khalayak, media benar-benar kondisikan dan diarahkan tontontannya oleh para pengelola media massa. Namun sekarang ketika media sosial menawarkan kelebihannya dengan menyediakan fasilitas kolom komentar, massa bisa dengan mudah memberikan masukan dan permintaan untuk konten berikutnya. Walhasil banyak konten-konten di media sosial hasil dari permintaan khalayak.

Namun di bulan Ramadhan, nampaknya anggapan media diagenda oleh khalayak itu berubah. Media kembali mengagenda khalayak. Beberapa bulan sebelum Ramadhan, pesan-pesan Ramadhan sudah berseliweran dilayar kaca, hilir mudik di media cetak juga media radio. Tidak ketinggalan juga di media sosial yang begitu cepat viralnya.

Para kreator media massa dan media sosial dengan mudah mengamalkan dan melakukan ritual di bulan Ramadhan, yaitu berpuasa untuk tidak berbicara yang menyinggung orang lain, berpuasa untuk mengumbar aurat, berpuasa untuk ghibah, dan masih banyak lagi konten-konten sebagai efek dan respon terhadap budaya Ramadhan. Di mana di masa sebelum puasa konten ini begitu banjir dan mudah diakses oleh siapa pun, tidak terkecuali anak-anak di bawah umur.

Konsisten Muatan Bermutu

Berharap sekali muatan isi di media massa apalagi di media sosial tidak terlalu jauh seperti di bulan Ramadhan. Media massa dan media sosial harus konsisten dan bersama-sama memberikan suguhan tontonan, konten-konten yang bisa menuntun umat dan pengikuat media massa dan media sosial untuk tetap soleh, berada pada jalur yang benar, keadilan, kerukunan, kesederhanaan, kekeluargaan. Dengan demikian bisa jadi muncul kaharmonisan di masyarakat. Baik masyarakat kalangan grass root, atau pun masyarakat yang memposisikan diri sebagai top level dengan ongkos hidup yang mahal.

Bagaimanapun, media merupakan ‘guru’ yang selalu ditiru oleh para pecintanya. Media seringkali menjadi inspirator dalam berpakaian, berperilaku, berbuat. Tidak sedikit pula tindakan-tindakan amoral karena terinspirasi dari konten di media. Ada ungkapan kalau ingin belajar apa pun ada di media sosial, termasuk ingin promosi apa pun bisa di media sosial.

Memohon kepada pemilik, pengelola, dan kreator media massa dan media sosial, janganlah kembali mengkomodifikasi konten-konten yang malah menyesatkan umat. Kalaupun sulit dan berat mencari konten dan tayangan yang diminati pasar, cobalah pikirkan dan pertimbangan efek buruk dari tayangan yang dibuat terhadap audien.

Mencari keuntungan dan kelebihan sudah menjadi prinsip industri media, namun juga tidak melulu berorientasi pada profit. Masih ada dan bisa konten yang bermutu dan mendapat tempat di khalayak yang bisa menguntungkan.

Sumber, Kabar Indah 24 Maret 2023.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *