Kontribusi Ulama dalam Menangkal Radikalisme

[www.uinsgd.ac.id] Sekitar 60 pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan se-Kota Bandung mengikuti Workshop Peran Negara dalam Membendung Arus Ideologi Radikal yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN SGD Bandung yang dibuka secara resmi oleh Rektor Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., M.Hum. yang didampingi Ketua LP2M, Prof. Dr. H. Syukriadi Sambas, M.Si di Hotel Lingga Jl. Soekarno Hatta No. 464, Bandung, Senin (11/11)

Dalam sambutanya Rektor menjelaskan peran ulama dalam membangun bangsa Indonesia tak bisa diragukan lagi. “Sebelum merdeka peran ulama dalam mengusir penjajah itu begitu luar biasa dan sangat jelas. Akan tetapi setelah merdeka keberadaan ulama ini tidak diberikan ruang yang jelas untuk membangun negara. Malahan tokoh-tokoh nasional yang dikenang dan bisa membebaskan penjajah sebagai pejuang kemerdekaan,” keluhnya.

“Padahal sangat jelas peran ulama dengan Pondok Pesantrennya dalam membangun negara Indonesia. Sekarang keberadaan Pesantren masih dianggap dianggap sebelah mata, bahkan pemerintah lebih merilik SD daripada Pesantren. Jika kita mau jujur dari Pesantren ini terlahir komitmen bersama untuk menciptakan, membangun negeri Indonesia yang merdeka, mandiri,” jelasnya.

Berkenaan dengan tiga persoalan (korupsi, teroris dan narkoba) yang sedang menalanda bangsa Indonesia ini. “Pertama, Korupsi. Kedua, Teroris. Ketiga, Narkoba. Untuk kasus teroris yang bersumber dari pemahaman yang radikal. Kontribusi ulama terhadap negara dalam menangkal radikalisme sangat diperlukan. Caranya dengan memberikan pengajaran, pemahaman ajaran Islam yang sesuai dengan ajarannya,” tegasnya.

Dalam konteks kenegaraan, kata Rektor “LP (Lembaga Pemasyarakatan) harus menjadi Pesantren, seperti yang terjadi di daerah Sukabumi. Dengan pembinaan yang jelas, terarah, sesuai dengan ajaran Islam. Dari LP ini ada yang hafal Quran 30 juz. Bukan menjadikan LP sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang lebih jahat. Setelah keluar dari LP malah semakin brutal dan radikal,” keluhnya.

“Untuk itu, mari kita jadikan dan bangun LP ini sebagai Pondok Pesantren karena ini tanggung jawab kita sebagai ulama terhadap negara dalam menciptakan masyarakat yang adil, saling menyayangi, bukan menghakimi, membunuh,” sambungnya.     

Ketua LP2M menambahkan ada tiga unsur yang merusak kehidupan ini. “Pertama, seorang ulama yang tidak mengamalkan ilmunya. Kedua, seorang pemimpin yang jahat. Ketiga, seorang yang mengaku ketua padahal tidak tahu apa-apa,” paparnya.

Dengan adanya workshop ini Ketua LP2M berharap “Mudah-mudahan dengan adanya workshop ini para ulama, khususnya pengurus MUI Kecamatan se-Kota Bandung ikut andil dan memberikan kontribusi yang jelas dalam membendung arus ideologi radikal dengan mengajarkan Islam yang ramah dan santun, sehingga Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dapat dirasakan.”  

Upaya menangkal radikalisme ini diadakan Workshop Peran Ulama dan Umara dalam Membangun Kesejahteraan Umat pada tanggal 12 November 2013; Workshop Manajemen Majlis Ta’lim Kampus Lingkungan pada tanggal 14 November 2013; Workshop Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Kampus Lingkungan UIN SGD Bandung pada tanggal 17 November 2013; Workshop Pembuatan Materi Keagamaan Bebasis Ekonomi Sosial Budaya dalam Manajeman pada tanggal 18 November 2013. “Semoga dengan adanya kegiatan-kegiatan ini bisa menangkal gerakan radikalisme,” pungkasnya. []

  

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter