Hadapi Pandemi Covid-19, Warek IV Berikan Konseling Ketahanan Keluarga

Wakil Rekor IV Bidang Kerjasama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M. Si tampil menjadi pembicara utama dalam Online Shering via Whatsapp bertajuk “Solusi Konseling Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Pandemi Covid-19” yang digelar oleh Biro Pelayanan Psikologi At-Tamur, Bandung, Ahad, (19/04/2020).

Ahmad, salah satu peserta bertanya kepada Guru Besar Psikologi Konseling UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Bagaimana mengatasi keadaan keluarga agar tidak mudah stres karena adanya pandemi Covid-19? Bagaiamana menyikapi konflik antara orang tua dan anak akibat isolasi sosial dan penurunan ekonomi karena dampak covid-19? Apa kiat-kiat khusus yang dapat dilakukan pasangan, yang mempunyai level berbeda dalam memeneg stres dan permasalahan yang timbul selama karantina?

Berangkat dari pertanyaan itu Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M. Si menjelaskan bahwa psikologi individu itu berbeda. “Suami istri dari jenis kelaminnya saja sudah kita sama-sama tahu kan? Laki-laki dan perempuan pastinya beda. Bukan hanya dari jenis kelaminnya saja, namun dari kepribadiannya juga berbeda. Hal ini bisa dari faktor pendidikan, ekonomi, pengasuhan ortunya dulu, kultur bahkan status sosialnya. Berusaha menerima dan memahami akan perbedaan itulah yang menjadi langkah awal agar komunikasi tetap terbangun dan hubungan antar sumi istri tetap terjaga,” tegasnya.


“Intinya jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain yang tidak mampu memilikinya demikian kepada suami atau istri atau pun calon suami atau istri,” sambungnya.
Prof Ulfiah mengungkapkan bahwa “Hasil riset yang pernah saya lakukan menunjukkan bahwa konflik dalam keluarga bisa terjadi karena kondisi saat ini banyak yang di PHK kan dan dirumahkan bagi karyawan swasta. Yang ASN pun mungkin terasa. Karen kerja offline dan online atau WFH bisa jadi terasa berbeda baik dari kualitas materi maupun penghasilan lainnya. Tetapi jika hal ini bisa kita fahami secara realistik dan yakin Allah Maha pemberi rizqi, Insya Allah semua akan berjalan dengan baik. Rizqi bukan hanya uang atau material lainnya rizqi juga spriritual. Sampaikan kepada anak nilai-nilai tauhid yang kuat dan orangtua juga senantiasa memberkeyakinan semua akan berakhir,” paparnya.


Untuk menghadapi wabah covid-19 ini yang paling diutamakan “bersyukur juga itu hal yang penting. Ambil hikmah dari semua ini. Mungkin dulu kita hanya berapa jam di rumah, dan mungkin dulu sebelum covid, baca al-Quran hanya sebentar. Sekarang bisa lama,” pesannya.


Selain itu, agar tidak mudah stress. “Biasanya stress terjadi karena kondisi fisik kita yang lelah, kerjaan domestik hanya dilakukan oleh istri, bagi-bagi tugas lah. Suami saya saja saat WFH beliau bisa nyapu dan ngepel saat saya di dapur,” ungakpnya.

Dalam membangun ketahanan keluarga “saya menyusun empat ketahanan dengan mengawali komponen ketahanan agama. Kerena agama merupakan fondasi kita semua dalam berperilaku dan dalam agama kita dituntut untuk memiliki komitmen beragama yang tinggi. Selanjutnya psikologis, fisik , ekonomi dan sosial. Yang semuanya menurut saya harus menjadi satu kesatuan dan berkaitan erat, artinya tidak parsial,” tandasnya.


Saat ini, setiap detik yang kita dengar adalah berita atau informasi terkait Covid 19, berbagai perasaan bisa terjadi seperti; jenuh, bosan, khawatir, takut dan lain sebagainya. “Ditambah lagi berita-berita di media terkait dampak dari wabah ini, seperti halnya ekonomi. Banyak orang menjerit. Di satu sisi edaran pemerintah untuk work form home atau pu Stay at home. Sebagian orang yang memiliki banyak tabungan. Mungkin bisa jadi tak masalah. Tapi bagi yang serabutan. Bisa jadi bukan hanya menjerit melainkan mereka menangis. Dari manakah untuk menyambung hidup, karena pekerjaan tak ada, sumber lain pun tak punya. Apalagi skill lain dia tak miliki. Itulah beberapa fenomena sosial yang saat ini di hadapi bangsa Indonesia, bahkan dunia,” tegasnya.


Menurutnya, yang tak kalah menariknya ada salah satu Kabupaten tertinggi gugatan cerai dari seorang istri terhadap suaminya, yaitu Kabupaten Bandung. Data dari Humas PA Soreang menyebutkan mayoritas gugatan cerai itu dikarena faktor ekonomi. Dari duua fenomena di atas, memiliki hubungan, yakni sama-sam memiliki dampak dan pemicunya adalah ekonomi,” paparnya.


Dalam sebuah keluarga faktor ekonomi akan menjadi indikator kesejahteraan anggota keluarganya dan dapat menciptakan sebuah ketahanan keluarga. “Tapi faktor ekonomi bukanlah satu-satunya indikator dalam meraih sebuah ketahanan, namun faktor utama adalah kemampuan internalisasi agama itulah yang menjadi inti dalam sebuah ketahanan keluarga,” ujarnya.


Bagi individu yang memiliki komitmen beragama yang tinggi, “dalam menghadapi cobaan dan ujian apapun akan tetap dihadapi dengan segala keyakinan dan keimanan bahwa masalah apa pun jika kita kembalikan kepada Sang Maha Kuasa Allah Swt. Niscaya Allah akan memberikan pertolongan dan kemudahan dalam setiap hal,” pesannya.


Fenomena covid 19 walau manusia belum memiliki obat untuk menyembuhkan, tapi jika kita yakin bahwa setiap penyakit akan ada obatnya. Bukannya Al-Qur’an dapat menjadi syifa. Mari kita semua senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ikhtiar dan tawakkal serta yakin setelah kesusahan akan datang kemudahan. Jika itu semua dapat terwujud. Ketahanan dalam sebuah kehidupan akan dapat terwujud,” tegasnya.


Menurut Ishmah, panitia menuturkan sebelum acara online sharing via whasap digelar, setiap peserta harus mendaftarkan diri melalui whatsapp dengan mengirimkan format registrasi ke panitia. Nama, Instansi , Pertanyaan.


Acara diformat satu arah melalui group whatsapp yang dimulai pukul 10.30 sampai 12.00 WIB, “Alhamdulillah acara online shering berjalan lancar dan antusias. Terbukti banyak sekali chat audiens yang masuk ke panitia untuk bertanya kepada pemateri utama. Semoga kedepanya acara ini terus bisa dilakukan dengan melibatkan dosen, mahasiswa, sebagai perwujudan dari tridharma perguruaan tinggi, sehingga ilmu yang dimiliki dosen, mahasiswa bermanfaat di tenga-tengah kehidupan bermasyarakat,” pungkasnya.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter