UIN SGD Jadi Tuan Rumah Rakernas APPTIS

[www.uinsgd.ac.id] Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (APPTIS) selenggarakan workshop, seminar nasional dan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) di UIN SGD Bandung. Acara yang mengusung tema “Empowering Libraries For Research Quality “ tersebut dilaksanakan pada tanggal 18-20 April 2018. Menurut data yang dihitung oleh panitia pada tanggal (18/04/2018) peserta yang terdaftar sebanyak 144 peserta. Terdiri dari 52 peserta dari UIN, 36 dari IAIN, 14 dari STAIN, serta 42 orang dari lembaga-lembaga dan perguruan tinggi umum lainnya.

Kepala Perpustakaan UIN SGD Bandung sekaligus Ketua Pelaksana kegiatan ini, Ija Sutasna menjelaskan alasan mengambil tema tersebut, menurutnya tema tersebut dijadikan sebuah gagasan untuk mengangkat bahwa perpustakaan itu tidak berkutat dalam urusan literasi dan menyediakan buku saja, tetapi juga mengembangkan hal-hal lain termasuk teknologi yang bisa dikembangkan oleh perpustakaan.

Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud membuka secara resmi kegitan ini serta peluncuran website APPTIS. Ia mengatakan bahwa perpustakaan menjadi etalase sebuah perguruan tinggi, melihat sebuah perguruan tinggi serius atau tidaknya mengurusi akademiknya tercermin dari perpustakaannya.

Ia menambahkan bahwa tidak ada persaingan antara perpustakaan satu dengan yang lain antar PTKIN, melainkan harus bersanding, kerjasama dan sama –sama bekerja. “Saya bisa bayangkan kalau tokoh – tokoh perpustakaan membangun kerja sama dan sama-sama bekerja, saling menguatkan dan saling membantu maka saya gak bisa bayangkan bagaimana jadinya perpustakaan PTKIN. Saya hanya memberikan harapan disampingi semangat kerja yang sudah sedemikian rupa. Lanjutkan dengan kesepakatan untuk bekerja sama dan sama sama bekerja diantara kita,” tambahnya.

Ketua umum APPTIS, Labibah Zain menyampaikan perpustakaan dalam era sekarang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri karena fungsi dan paradigma perpustakaan sudah berubah. Jika tadinya keberadaan perpustakaan itu hanya untuk pantas-pantasan untuk kepentingan akreditasi belaka. Maka itu adalah paradigma lama, lalu paradigma sekarang adalah perpustakaan menjadi solusi bagi persoalan akademik yang ada di universitas.

“Alasan kenapa riset itu rendah diantaranya karena mutu perpustakaannya belum baik. Jadi ketika universitas menyuruh seluruh civitas akademika untuk mempunyai riset atau penelitian penelitian yang berkualitas maka tidak bisa hanya serta merta menyuruh orang untuk memiliki riset yang berkualitas, tetapi harus melihat dari kondisi perpustakaannya,” ujar Labibah.

Perpustakaan tidak hanya melayani para mahasiswa tetapi melayani seluruh civitas akademika, oleh Karena itu mutu pustakawannya harus baik dan tidak asal asalan. Karena tidak mungkin seoang professor dilayani oleh pegawai yang biasa biasa saja, tetapi seorang professor harus dilayani oleh seorang pustakawan yang betul betul berkualitas.

Labibah Zain menuturkan pustakawan ibarat seorang dokter. Kalau bapak dan ibu sakit maka dokter akan merekomendasiakan obat apa yang harus diminum. Kalau bapak merasa kurang didalam penelitiannya berarti ada yang sakit, Jika sakit dalam bidang informasi maka larinya ke pustakawan, pustakawan akan merekomendasikan database mana yang bisa diakses serta database mana yang cocok untuk kebutuhan riset bapak dan ibu semua.

Ia juga menjelaskan bahwa perpustakaan bukan lagi penunjang tri dharma perguruan tinggi, perpustakaan adalah bagian integral dari perguruan tinggi. Perguruan tinggi tidak akan survive tanpa ada perpustakaan yang berkualitas. “Maka sesungguhnya kita harus bersinergi dan saling menguatkan satu sama lain untuk itu APPTIS ada. Dukungan dari bapak ibu sangat kami butuhkan, oleh karena itu kami percaya dengan adanya asosiasi yang bernama APPTIS ini kulaitas dari perpustakaan PTKIN akan terus meningkat.” jelasnya.

Kepala seksi penelitian Kemenag RI sebagai perwakilan dari Dirjen Pendidikan Islam, Mahrus menginformasikan di tahun 2018 ini Menteri Agama berharap Indonesia menjadi destinasi Studi Islam, oleh karena itu menjadi sangat penting bagi perguruan tinggi untuk memiliki koleksi khusus seperti manuscript, koleksi ulama nusantara yang khas, yang nantinya menjadi ciri khas dari perguruan tinggi itu. Dan hal ini juga merupakan distingsi perguruan tinggi islam dengan perguruan tinggi lainnya, baik itu di level nasional maupun internasional

Menurutnya APPTIS ini memiliki peranan yang sangat penting untuk mempercepat bagaimana perpustakaan menjadi terakreditasi dan ia juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Lebih dari itu kegiatan ini juga menjadi bekal untuk penguatan para librarian dan pengelolaan perpustakaan menjadi kuat.(S. Muhamad Ramdani, Muhamad Emiriza/Suaka)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *