Layaknya sebuah organisme, ushuluddin sebagai institusi adalah entitas yang hidup. Ia tumbuh dan hadir di tengah-tengah sejarah. Ia berkembang dinafasi kehidupan. Ia berubah mengikuti isyarat alam yang meniupkan tentang kebergantian dan perubahan.

Tak ada yang tetap. Mustahil ada yang kekal diam tak tersentuh keniscyaan pergantian dan keberubahan. Hukum dialektika sejarah meniupkan “nubuwah” itu. Jika titik pancangnya sudah dipatok, maka gerak perubahan adalah kemestian. Bilangan satu menjadi titik tumpu bagi hadirnya bilangan dua, tiga dan seterusnya.

Hukum dialektika adalah dinamo sejarah yang memetakan garis ketersambungan yang tak terputus, seolah-olah tak ada ujungnya. Dan pada setiap perubahan yang terjadi ada “benturan” antara tesa-antitesa, lalu hadirlah sintesa. Sintesa tak lalu diam dan selesai begitu saja, sintesa lama lalu berubah dan bermetamorfosa enjadi tesa baru. Begitu seterusnya.

“Ushuluddin Bergegas” bergerak dalam spirit pergantian dan keberubahan abadi itu. Titik pancangnya telah dibuat oleh para pendahulu. Fondasi dan akarnya telah dicengkramkan secara kokoh oleh sejumlah tokoh penting terdahulu. Kepada mereka yang berjasa mengisi ruang sejarah yang berarti dengan pikiran dan tindakan yang nyata, patut kita berterimakasih kepadanya. Menyilangkan tangan penghormatan di dada atas segala jasa dan jejak berharganya.

“Ushuluddin Bergegas” adalah siasat menanggapi isu dan persoalan aktual yang muncul pada jaman yang dihadapi hari ini. Jaman yang jejaknya mudah teramati melalui memori digital dan media sosial. Jaman yang menahbis berita dan informasi secara viral yang tapaknya dibaca tidak hanya di wilayah regional tapi juga dalam lingkup global.

Sungguh. “Ushuluddin Bergegas” adalah resfon kongkrit makhluk intelektual terhadap problem-problem keilmuan dan kemanusiaan yang hadir tak terduga. Sebuah adagium yang menampik kerja ilmiah hanya untuk wilayah ilmiah. Sebuah adagium yang menyeru bahkan meneguhkan tentang posisi pembelajar di perguruan tinggi sebagai intelektual publik. Intelektual yang hadir dalam gejolak dan hasrat manusia kebanyakan. Yang mendengar nafas dan ratapan kehidupan. Yang merumuskan telos sejarah dengan tindakan kongkrit.

Ushuluddin Bergegas adalah siasat menjejakkan spirit dan nilai agama tentang “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi kehidupan dan sesamanya”

Allahu a’lam[]

Dr. Radea Yuli A. Hambali, M.Hum, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *