Membantu Saudara

(UINSGD.AC.ID)-Dua orang pemuda yang berasal dari golongan muhajirin dan anshar bertengkar dengan menyebut panggilan yang biasa digunakan kaum jahiliyah. Keluarlah Rasulullah SAW ketika mendengar pertengkaran itu, lalu bersabda, ”Apakah gerangan panggilan yang biasa digunakan oleh orang jahiliyah ini?”

Para sahabat menjawab, “Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah, hanya saja dua orang pemuda bertengkar, yang seorang memukuli punggung lawannya.” Beliau bersabda, “Hendaklah seorang membantu saudaranya, baik yang berbuat zalim maupun yang dizalimi, yaitu jika berbuat zalim, cegahlah dia, itulah bantuannya. Jika dia dizalimi, belalah dia” (HR Muslim).

Dari hadis tersebut, betapa tegasnya hak dan kewajiban sosial kita kepada sesama. Diajarkan pentingnya tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman dan tertib selalu terjaga. Dengan keluarga, tetangga, dan teman dekat maupun yang jauh hendaknya diperhatikan agar hal-hal yang mungkin merugikan terjauhi.

Mencegah kezaliman saudara juga merupakan tugas kita. Tentu saja sesuai dengan kemampuan dan kapasitas. Seorang guru mengajarkan pentingnya menghindari kezaliman kepada siswanya. Aparat hukum bertindak cepat mencegah dan apabila telah terjadi, segera memberikan hukum seadil-adilnya agar tak ada yang mengikuti perbuatan jahat karena merasa jera.

Demikian pula ketika ada saudara yang tengah dianiaya, wajib hukumnya untuk menolongnya. Gunakan kekuasaan untuk membantu bila sedang berkuasa. Dukung dengan lisan atau doakanlah.

Kezaliman itu merusak, melawan tatanan nilai yang mendamaikan, menghinakan nilai kemanusiaan, mengabaikan kebersamaan dan persaudaraan.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kamu pada kezaliman karena kezaliman itu kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah kamu pada sifat kikir karena sifat kikir itu telah membinasakan umat sebelum kamu. Kikir itu membawa pada pertumpahan darah dan menghalalkan perkara yang diharamkan mereka” (HR Muslim).

Egois, kikir, ingin menang sendiri merupakan tindakan tak terpuji. Seolah hidupnya tak butuh orang lain, padahal tak ada yang bisa berdiri hebat sendiri. Mengakarlah ke bawah dengan banyak memberikan bantuan, meraih teman yang sedang kesusahan.

Kokohlah ke tengah, dengan banyak merangkul dan mengajak sesama untuk tumbuh bersama. Terhubunglah ke atas dengan kepatuhan menjalankan tugas.

Kepada sesama kita memiliki kewajiban sosial untuk tidak menganiaya, selalu membantu, melapangkan kesulitannya, dan menutup aibnya (HR Muslim). Wallaahu a’lam.

Iu Rusliana, Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Republika 6 Juni 2022

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter