Manusia & Nasihat

Manusia tanpa bimbingan dan nasihat, hidupnya pasti akan kacau, sesat dan hancur berantakan. Sepanjang sejarah, manusia membangun peradabannya secara massal dan meningkatkan kualitas dirinya secara individual, tak lepas dari bimbingan dan nasihat.

Itulah, Tuhan menurunkan paling tidak 26 penasihatnya kepada manusia (25 Nabi dan Khidir). Ulama adalah para penasihat penerus tugas para nabi. Seluruh pemimpin negara-negara di dunia dan orang-orang terkenal, di Barat dan di Timur, selalu punya penasihatnya yang disebut “penasihat spiritual.” Dalam kehidupan, orang-orang bijaksana dan para cerdik pandai adalah para penasihat. Para sufi adalah para penasehat agung. Ulama adalah penasihat masyarakat Islam. Paus dan pastor adalah penasihat umat Nasrani.

Di dunia hukum, ada yang disebut “penasihat hukum,” di kalangan para artis ada “manajer” atau orang tuanya sebagai penasihat. Di dunia pendidikan, guru dan dosen adalah penasihat siswa dan mahasiswanya. Di pesantren, kyai adalah guru dan penasihat para santri dan masyarakat sekitarnya. Orang tua adalah penasihat anak-anaknya. Bahkan di perguruan tinggi, yaitu dunia ilmiah yang logis dan rasional, ada penasihat yang disebut supervisor, pembimbing akademik, pembimbing disertasi dan pembimbing skripsi.

Dimana bagian kehidupan yang tidak ada nasihat sebagai pembimbing dan pengontrol? Tidak ada. Filosofi nasihat karena manusia adalah makhluk yang lemah dan serba kekurangan. Dengan demikian, hidup tanpa nasihat adalah hidup yang tidak logis dan tidak rasional.

Carilah dan milikilah penasihat kalau hidup kita ingin selamat. Hanya manusia-manusia sombong dengan kebodohannyalah yang tidak butuh, tidak merasa perlu dan tidak tertarik pada nasihat. Wallahu a’lam. []

Moeflich Hasbullah, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter