Kontribusi Alumni Haji dan Umrah

Allah Swt berfirman, “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7). Kemudian rasulullah bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Perbuatan baik atau dalam terminologi lain disebut ihsan adalah buah dari keimanan dan keislaman seseorang.

Menjadi tamu Allah melalui ibadah haji dan atau umrah merupakan pencapaian yang luar biasa, karena tidak setiap manusia mendapatkan undangan tersebut. Tahun ini, setelah semua persiapan dilakukan, karena pandemic COVID 19, pemberangkatan jamaah haji dari Indonesia tahun ini dibatalkan secara resmi oleh pemerintah RI. Kondisi tersebut membuat calon jamaah haji dari Indonesia menunda untuk menjadi tamu agung Allah, dan bercengkrama di tempat-tempat mustajab, khususnya di padang arafah.

Bagi muslimin dan muslimat yang telah menunaikan haji dan atau umrah, yang menginjakkan kakinya di dua tanah haram, yang telah mendekap multazam seraya berdoa dan meneteskan air mata, pun berdesak-desakan untuk berdzikir di raudhah, patut bersyukur dan bermuhasabah, “apa yang telah berubah dari saya?”


COVID-19 hanya salah satu dari masalah kemanusiaan dan peradaban, tentu selalu ada masalah yang hadir di tengah-tengah umat. Para alumni haji dan umrah, untuk tidak menutup mata dengan realitas di lingkungannya masing-masing, misalnya kemiskinan, ketidakmampuan untuk melanjutkan sekolah. Meningkat kepada yang lebih substantif dan berefek luas adalah masalah bangsa dan negara.

Kebermanfaatan dan perbuatan baik sebagaimana diingatkan oleh Allah dan rasul-Nya, harus lebih jelas dan implikatif dilakukan oleh para alumni haji dan atau umrah. Karena meraka telah mendapatkan undangan khusus untuk menjadi tamu Allah di dua tanah haram. Jika kontribusinya sama dengan orang yang belum menunaikan haji dan atau umrah, maka perlu muhasabah atau mengintrospeksi diri lebih dalam.

Masalah bangsa yang harus menjadi perhatian alumni haji dan umrah misalnya RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang sedang dibahas oleh para wakil rakyat. Jika semua lengah dan tidak peduli akan proses tersebut, maka akan terjadi distorsi sejarah peradaban Bangsa Indonesia. Dan alumni haji dan atau umrah Indonesia bertanggung jawab atas hal tersebut.

Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah pentingnya pengetahuan tentang kemajuan teknologi informasi. Dunia maya sekarang sudah “dikuasai” oleh para petualang media sosial yang tidak bertanggung jawab. Apapun dapat diupload dan dinikmati oleh masyarakat kita, termasuk anak-anak kita. Dapat dibayangkan 5-10 tahun yang akan datang, kondisi masa depan generasi yang akan datang.

Dan jika alumni haji dan atau umrah hanya menikmati ibadah personalnya, maka perlu ditanyakan ulang tentang kemabrurannya.
QIblat Tour sebagai salah satu travel haji dan umrah, senantiasa melakukan edukasi kepada para alumninya.

Diskusi yang intensif antara komisaris, direksi, pembimbing dan staff memberikan penekanan bahwa tugas memuliakan tamu Allah dan mengharap ridha-Nya tidak cukup saat berada di dua tanah haram, adalah yang paling penting bagaimana alumni dapat memahami kebermanfaatn dan kontribusi berbuat baiknya bagi umat dan bangsa.

Dr. H. Dindin Jamaluddin, M.Ag, Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Pikiran Rakyat 16 Juni 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *