(UINSGD.AC.ID)-Belajarlah untuk terus menebar kebaikan karena sejatinya itu sedekah. Tak usah menunggu melimpah harta untuk membuat saudara yang membutuhkan bahagia. Tangis haru mereka yang dibantu akan membahagiakanmu, mengetuk Arsy, dan membukakan rahmat Tuhan.

Setiap kebaikan yang ditebarkan akan berbuah kemuliaan. Pahalanya mengalir terus, bahkan hingga kita meninggalkan dunia fana. Biasakan dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kiri pun tak mengetahui. Berikanlah dengan cara yang memuliakan, tanpa membuat yang diberi terhinakan. Lakukan tidak hanya saat ada kelebihan, tapi juga saat kekurangan.

Saat kita berinfak, Tuhan yang Maha Rahman akan berinfak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah SWT berfirman, ‘Wahai anak Adam, berinfaklah! Niscaya Aku akan berinfak kepadamu.’ Lalu beliau bersabda, ‘Tangan kanan Allah itu penuh, tidak kurang sedikit pun, baik pada malam maupun pada siang hari’.” (HR Muslim).    

Rezeki itu tidak hanya yang material, tapi juga spiritual. Keimanan dan keislaman kita merupakan anugerah terbaik dari Tuhan. Pengetahuan juga rezeki hendaklah dimanfatkan untuk kebaikan. Mau membantu saudara dan senyum ramah juga salah satu bentuk perbuatan yang membawa berkah. 

Hakikat bersedekah itu untuk membentuk pribadi sejati. Agar diri tak lagi dikendalikan materi, mampu memisahkan apa yang dimiliki. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga kemanfaatan bersama. Itulah hakikatnya merdeka dari harta, bukan menjadi pengendali, malah mampu dikuasai untuk mengabdi.

Bersedekah juga merupakan pembinaan diri. Melalui kemurahhatian, jiwa manusia akan tercerahkan. Memberikan sebagian harta akan menemukan kesempurnaan. Berbagi itu hakikatnya menenteramkan hati. Kepemilikan atas apa pun, bukan untuk dipertuhankan, tapi dipergunakan untuk menjalankan perintah Tuhan.  

Tak ada lagi takut kehilangan karena semuanya milik Tuhan. Bersedekah juga bermakna penyucian. “Ambillah zakat dan sebagian harta mereka, yang dengan itu engkau membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS at-Taubah:103).

Janganlah menumpuk harta yang membuat hati ini lalai pada-Nya. Tidak akan ada faedah sedikit pun dari cinta dunia. Jiwa akan tersiksa karena kikir, tidak disukai saudara dan di akhirat masuk neraka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku tidak suka sekiranya Gunung Uhud diubah menjadi emas untukku, lalu disimpan di rumahku selama tiga hari, sedangkan masih ada padaku sisa uang satu dinar, selain satu dinar yang memang aku persiapkan untuk pembayaran utang.” (HR Muslim).


Iu Rusliana, Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Hikmah Republika 25 Oktober 2021

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *