BERHAJI DI BULAN SUCI

(UINSGD.AC.ID)-Bulan suci ramadhan adalah bulan yang bertabur keberkahan. Dalam HR Imam Ahmad. Rasulullah saw bersabda, “telah datang kepada kalian bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah”. Dalam simpulan para ulama, esensi berkah adalah; tumbuh, berkembang, bercabang, berkesinambungan dan lestarinya kebaikan.

Diantara wujud keberkahan ramadhan berdasarkan petunjuk Rasulullah saw, bahwa setiap permintaan akan Allah beri, setiap doa akan diijabah, setiap istighfar akan diampuni, setiap amal kebaikan pahalanya akan dilipatgandakan, bahkan setan-setan akan dibelenggu.

Dalam balutan keberkahan ramadhan, mereka yang melaksakanan ibadah puasa mendapat keutamaan yang luar biasa. Hal ini tercermin dalam sabda Rasulullah. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda. “Setiap amal kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim No. 1151).

Karena itu, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keberkahan ramadhan. Mereka yang melakukan ibadah umrah pada bulan suci ramadhan, Rasulullah sebandingkan pahalanya seperti berhaji mendampingi Beliau. Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bertanya kepada seorang wanita. “Apa alasan engkau hingga tidak ikut serta dalam haji bersama kami?”.

Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta dimana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya, ditunggangi suami dan anaknya. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan sebanding dengan haji.”(HR. Bukhari No 1782 dan Muslim No. 1256).

Karena disebandingkan pahalanya dengan haji bersama Rasulullah, segenap kaum mulimin seantero jagat raya, yang Allah cukupkan rizkinya dan diluangkan waktunya. Mereka tidak menyia-nyiakan kehadiran bulan suci ramadhan untuk melaksanakan ibadah umrah. Animo untuk melaksakan ibadah umrah pada bulan suci ini semakin tinggi terutama dipantik oleh fakta tentang panjangnya masa tunggu untuk melaksanakan ibadah haji reguler.

Selain disebandinkan dengan haji, umrah dibulan suci ramadhan diyakini kaum muslimin menjadi semacam momentum untuk memperkaya kuantitas dan kualitas Ibadah. Disimpulkan demikian, secara kuantiatas, sebagaimana pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Bahwa dengan perjalan umarah di bulan suci, bukan hanya pahala umrah yang didapatkan, tetapi pahala lainnya; seperti puasa, qiyamu ramadhan, itikaf di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, sedekah dll.

Tentu saja bobot kuantitas ibadah ini akan semakin bertambah, ketika dengan kesucian bulan ramadhan setiap pahala dari amal kebaikan tersebut akan dilipatgandakan. Pada kutub ini perjalan umrah di bulan suci menjadi semacam kolam kebaikan yang dipenuhi dengan berlimpah ruahnya pahala.

Tidak hanya kuantitas, umrah dibulan suci ramadhan diyakini menjadi semacam persembahan ibadah yang berkualitas. Simpulan ini didasarkan pada sejumlah keyakinan bahwa ibadah umrah yang dilakukan di tanah suci pada bulan suci menjadi semacam ekpresi dari kualitas dan kelas keimanan juga ketaqwaan seorang hamba.

Dalam berlimpah ruahnya pahala yang didapatkan karena keberkahan ramadhan, hal yang paling utama dari umrah di bulan suci, adalah pahala sebanding haji bersama Rasulullah.

Aang Ridwan, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung.

Sumber, Pikiran Rakyat 29 Maret 2023.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *