Anugerah Kecerdasan

Setiap manusia mendapat anugerah, salah satunya berupa kecerdasan. Bagi yang mampu mengasah dan mengembangkannya, bakal menjadi kekuatan, kemuliaan dan kemanfaatan.

Mereka yang tak menyadari, abai untuk belajar, meratapi kelemahan lain dalam diri, hanya akan menganggap dirinya hidup sia-sia, tak berguna dan dirundung penyesalan.

Teori kecerdasan telah berevolusi puluhan tahun terakhir. Bahwa tak cukup kecerdasan intelejensi (IQ), manusia berkembang karena kecerdasan lainnya. Howard Gardner menyebutkan, ada kecerdasan linguistik, logika-matematika, gerak tubuh, musikal, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal dan natural.

Ada yang kontraknya setara APBD Provinsi karena kecerdasan gerak tubuh seperti Messi. Ada anak Cianjur yang suaranya indah (kecerdasan musikal) berpenghasilan ratusan atau bahkan miliaran rupiah per bulan seperti Lesti. Boleh tanya Lesti, apakah dia juara kelas selalu?

Berkembang pula kecerdasan spiritual, sosial, emosional dan kemalangtahanan. Bahkan teknologi informasi telah melahirkan kecerdasan artifisial (AI). Namun uniknya, kecuali AI, kunci untuk mencapai dan terus menghebatkan kecerdasan adalah belajar, mendengar, berkolaborasi dan melatih berani.

Nah, muncul pertanyaan, lalu apakah manusia akan dikalahkan oleh AI? Boleh jadi dalam beberapa hal. Tapi manusia memiliki emosi, ketekunan, spiritualitas, berani dan kolaborasi. Makhluk ciptaan terbaik Tuhan ini dengan segala keunggulannya akan menjadikan AI sebagai sesuatu yang membantu atau alat, bukan menjadikan manusia diperalat.

Dalam dunia kerja, mengenali kecerdasan masing-masing anggota menjadi himpunan audit internal potensi (kekuatan) dalam membangun keunggulan kompetitif. Pemimpin transformatif akan sanggup memastikan potensi di setiap anggotanya menjadi aktual untuk kemajuan organisasi.

Mulailah dengan meminta semuanya menulis detil curriculum vitae (cv), lakukan assessment dan hasilnya dijadikan dasar untuk memberikan berbagai pentuk pengembangan diri semua anggota organisasi. Bagi organisasi, dapat menjadi bekal awal proses membuka produk dan layanan baru seiring dengan ketatnya persaingan bisnis di era disrupsi. Jika ada yang tidak pas, lakukan rotasi, apresiasi dengan promosi dan bila ada yang sulit berkembang, sekali-kali lakukanlah demosi.

Bagi pribadi dan keluarga, mengenali kecerdasan menjadi kebutuhan mendasar orang tua bagi tumbuh kembangnya anak dan pribadi masing-masing yang telah dewasa. Jangan ragu bertanya kepada ahli dan belajar untuk mengetahui bakat anak. Jadi, jika anak kita matematikanya jelek, bukan berarti bodoh. Jangan-jangan punya kecerdasan lain yang harus diasah. Bagi kamu yang kini nilai raport atau IPK-nya masih pas-pasan, jangan berkecil hati. Teruslah belajar tiada henti. Berdoalah agar mendapat ilmu bermanfaat.

Kecerdasan itu adalah kemampuan mengolah informasi dan segala kesanggupan diri juga melibatkan orang lain untuk memecahkan masalah, menciptakan hasil baru dan nilai guna bagi masyarakat. Jangan menyendiri untuk cerdas, bangunlah kolaborasi dan belajarlah berani. Kenali dan asah terus bakatmu. Jangan-jangan, itu lah kecerdasan Anda, anugerah dari Yang Maha Kuasa. Wallaahu a’lam.

Dr Iu Rusliana, Dosen Filsafat Ilmu dan Manajemen Sumber Daya Manusia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Kabar Indah Senin, 15 Februari 2021

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *