PSGA UIN Bandung – Simpul Ulama Muda Rahima Berkomitmen Ciptakan Kampus yang Inklusif dan Ramah Perempuan

(UINSGD.AC.ID) — Rahima, melalui kader Ulama Mudanya yang berada di Jawa Barat bekerja sama dengan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengadakan “Capacity Building” Menciptakan Kampus yang Inklusif dan Ramah Perempuan di Aula LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (31/10/2023).

Kegiatan ini dihadiri oleh Irma Riyani, Ph.D., Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) sekaligus pembicara, Dema, Sema, Ketua HMJ dan UKM di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, serta Rahima sebagai partner penyelenggara.

Rahima merupakan pusat informasi terkait dengan islam dan kesetaran hak-hak perempuan. Rahima juga merupakan salah satu NGO yang bekerja sama dengan PSGA UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk bersama-sama memberikan ruang aman dan nyaman bagi Perempuan dan Anak.

Siti Dewi, anggota Rahima menyampaikan dalam sambutannya “Kolaborasi ini menjadi titik refleksi kami sebagai ulama Jawa Barat, oleh karena itu kegiatan ini merupakan langkah awal kami untuk bersama-sama menciptakan kampus yang inklusif dan ramah perempuan. Sebagaimana lingkungan kampus itu menjadi tempat yang rentan akan terjadinya perundungan, pelecehan dan intoleransi,” jelasnya.

Irma memandang bawa kegiatan capacity building ini merupakan upaya untuk sampai pada tujuan bersama “tentunya, dalam menciptakan kampus yang inklusif dan ramah perempuan itu tidak bisa sendirian, saya harap hari ini dan yang akan datang kita akan menjalin kerjasama dengan pihak civitas akademika di lingkungan kampus untuk bersama sama menciptakan kampus yang ramah terhadap perempuan” ujarnya.

Bagi Irma, menciptakan kampus yang inklusif merupakan upaya untuk memastikan seseorang terlepas dari latar belakangnya, karakteristik, jenis kelamin dan lain sebagainya agar mereka bisa diterima, diakui, dihargai dan dilibatkan. Kemudian pada prosesnya tentu saja, kita harus memberikan akses pada seluruh pihak untuk bisa dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang ada di kampus.

Terkait dengan pelaksanaan menciptakan kampus yang ramah perempuan, dalam sesi materinya Irma juga memberikan waktu kepada mahasiswa agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di lingkungan kampus, menyebutkan tantangan dan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. “untuk mencapai tujuan kita bersama, tentu kita perlu data dan data itu didapatkan dari identifikasi masalah yang ditemukan di lingkungan kampus,” jelasnya.

Setelah sesi mengidentifikasi masalah itu selesai, ditemukan bahwa masalah yang kerap terjadi pada mahasiswa adalah kurangnya akses untuk melibatkan perempuan pada sektor kepemimpinan, cat calling yang masih dianggap sebagai bahan candaan, ketakutan perempuan menghadapi perintah senior dan dosen laki-laki, fasilitas kampus yang tidak ramah terhadap perempuan serta kurangnya dukungan dari sesama perempuan. Sebagai Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Irma mengharapkan bahwa identifikasi masalah tersebut akan menjadi data bagi PSGA untuk memperbaiki sistem tatanan kampus yang belum ramah terhadap perempuan. “Maka, dari hasil itu, mari kita sama-sama menyuarakan kepada publik, khususnya di lingkungan kampus bahwa kita semua harus satu suara untuk mendukung anti kekerasan terhadap perempuan” paparnya.

Kegiatan ini diakhiri dengan konsolidasi antara Kepala PSGA, Rahima dan masing-masing ketua internal di kampus (Dema, Sema dan HMJ) mengenai perumusan menyambut kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan (HAKtP). (Nurlina)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *