YOUTUBE VS TV

(UINSGD.AC.ID)-Televisi benar-benar diserang oleh berbagai hal, mulai dari konvergensi media, covid-19, dan media sosial terutama Youtube. Michael Strangelove dalam Wacthing Youtube (2010) bahwa di dalam tayangan youtube ada beragam informasi, mulai dari perang, ekonomi, budaya, sosial, politik, agama, dan berbagai hiburan ringan. Michael Strangelove menuliskan fenomena youtube ini pada tahun 2010, artinya 12 tahun yang lalu konten di youtube sudah beragam. Sekarang orang sudah semakin melek, dan mengetahui keuntungan yang didapatkan ketika memiliki channel youtube.

Banyak orang yang memiliki channel youtube, baik untuk sekedar iseng demi aktualisasi diri, menunjang pekerjaan seperti dosen dan guru yang membuat tutorial dan di-upload di youtube, mahasiswa atau siswa yang mengerjakan tugas kampus atau sekolah kemudian diupload di youtube, perusahaan-perusahaan yang sengaja membuat channel youtube untuk branding dan publikasi lembaga, politisi yang dijadikan media sosialisasi dan pencitraan, dan kalangan selebritis untuk mempertahankan popularitasnya.

Sebaliknya di kalangan penonton pun semakin meningkat. Menurut hasil penelitian Rizca Haqqu dan kawan-kawan (2019), ada kepuasan yang sangat tinggi ketika para remaja menonton program hiburan di youtube. Dan ternyata tidak hanya di kalangan remaja, anak-anak, orang tua, dan beragam profesi pun begitu menikmati suguhan tayangan di Youtube. Beragam tayangan yang sesuai dengan karakter dan usia tersaji dengan lengkap di Youtube.

Ada perkembangan yang sangat cepat di Youtube di masa-masa pandemi. Semakin beragam konten dan banyaknya para pemilik channel di Youtube. Banyak yang menjadikan channel youtube ini sebagai usaha yang bisa mendatangkan keuntungan, baik keuntungan kepuasan diri, mulai dari kebanggaan memiliki karya yang diapresasi orang, juga bisa mendapatkan penghasilan sampingan bahkan dijadikan penghasilan utama.

Pola kerja orang-orang televisi sudah di adopsi oleh orang-orang rumahan demi mengisi konten di channel youtube. Asalkan mau berpikir kreatif mencari konten-konten yang menarik dan memenuhi kebutuhan penonton, kemudian bekerja keras mewujudkannya, dan produktif secara intensif tanpa lelah menghadirkan tontonan di youtube, maka keuntungan bisa didapatkannya.

Kehadiran Youtube sudah bisa menggantikan keberadaan televisi. Pertama kali televisi hadir benar-benar mengubah kebiasaan dan bisa mengagenda kegiatan masyarakat. Kehadiran Youtube telah lebih cepat lagi mengubah mind set, pengetahuan dan wawasan, keterampilan, dan habit masyarakat.

Bisa dikatakan apa pun yang dicari semuanya ada di Youtube. Wajar kalau televisi keberadaannya tersisihkan oleh youtube. Youtube bisa dengan mudah diakses, kapan pun di mana pun. Berbeda dengan televisi yang orang kalau ingin menonton harus menunggu jadwal jam tayangnya, dan terbatas. Youtube bisa diulang ulang kalau ingin lebih puas lagi menontonnya. Selain itu ada ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk diskusi atau memberikan saran dan sekedar rekomendasi untuk program yang bisa dibuatkan di Youtube.

Kelebihan Youtube ini pula yang dilirik oleh kalangan selebritis sampai politisi. Seperti Deddy Corbuzier dengan podcastnya yang luar biasa dan berhasil mengundang orang-orang hebat hadir dengan tema-tema yang dibahas aktual. Kemudian RANS entertainment dengan konten pribadi dan bisnisnya. Bapau offical dengan program keluarga dan empati pada orang lain. Sule Family dengan program ontrog dan candaan-candaan sehari-hari di rumah. Boy William dengan program UNBW dan dibalik pintu. Deny Sumargo dengan program pebasket sombong. Ada juga si raja Youtuber Attahalilintar dan Ricis yang digadang-gadang anak muda yang kaya dengan perolehan pundi-pundi ratusan juta lebih dari Youtube.

Para politisi pun sudah banyak memanfaatkan Youtube untuk mempromosikan kegiatan dan branding pribadinya. Kalangan selebritis yang lainnya pun, ketika sudah habis kontrak kerjanya di PH atau program acara, mulai memanfaatkan popularitasnya dengan membuat program di Youtube. Mereka sudah berpengalaman ketika menjadi objek pemberitaan di program infotainment, dan mereka adopsi cara kerjanya, bahkan ada juga yang memakai tim kreatif media untuk mengelola channelnya.

Selebritis dan politisi juga mendadak menjadi host, mendadak menjadi presenter, mendadak menjadi reporter yang melakukan observasi ke lapangan, dan terkadang juga mengekspos potensi diri, anak, saudara, dan kehidupan sehari-hari dari bangun pagi sampai tidur lagi. Selebritis dan politisi pun mengikuti yang sedang viral atau isu yang sedang in di masyarakat untuk menjadi kontennya. Saling mengundang dan menjadi bintang tamu pada program dengan barter bayaran pun menjadi tren di kalangan selebritis dan politisi.

Semakin banyak channel televisi yang beredar di dunia maya. Setelah tayang di televisi bebearpa jam kemudian muncul di Youtube, dengan versi dan durasi yang lebih singkat atau dibuat beberapa part. Semakin banyak pula kompetensi dan skill-skill yang tadinya hanya dikuasai praktisi media, sudah merata ke berbagai aktivitis Youtube. Ini berarti pula semakin tertariknya orang untuk menjadi praktisi media dengan platform Youtube. Tinggal bagaimana mereka memahami konten-kontek yang tidak berseberangan dengan etika jurnalistik dan norma-norma yang ada di masyarakat. Karena semakin liarnya konten, tidak menutup kemungkinan dalam rangka menarik penonton segala cara dilakukan sampai mengabaikan etika dan norma yang sudah ada di masyarakat. ***

Encep Dulwahab, Pengajar di Jurnalistik UIN Bandung.

Sumber, Ayo Bandung 7 Maret 2022 | 12:36 WIB

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *