Prasangka Baik

(UINSGD.AC.ID)-Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA: Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah prasangka karena prasangka itu sebohong-bohong pembicaraan. Janganlah kalian menjadi orang yang sensitif, mengorek-ngorek (memata-matai) kesalahan orang lain, saling bersaing, saling mendengki, dan jangan pula saling mengkhianati. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR Muslim).

Hidup harus dihiasi dengan prasangka baik. Jangan sampai tetangga kaya raya, padahal sehari-hari ada di rumah, timbul curiga. Dituduh jadi babi ngepet atau pesugihan. Tersebarlah fitnah yang lebih keji daripada pembunuhan. Padahal boleh jadi punya bisnis online atau yang sejenisnya karena ini masa berkembangnya ekonomi digital.

Era adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi menjadikan kewaspadaan masyarakat tinggi, tapi dipenuhi rasa khawatir, mudah curiga, bahkan cenderung ke arah berlebihan. Kewarasan makin langka dalam keseharian.

Iri dan dengki seperti sulit diobati. Senang melihat saudara susah, dilanda kesedihan bila melihat saudara meraih kesenangan.

Keberlimpahan informasi menjadi fakta kehidupan sehari-hari. Melalui telepon genggam, informasi masuk ke kamar, sejak bangun hingga menjelang tidur. Sebarannya membanjiri, jika tak pandai memilah, bisa menjadi korban kedunguan diri, menjadi penerima dan penyebar hoaks. Jarimu harimaumu, begitu pepatah hidup pada era kliktivisme.

Kita dipersatukan oleh iman, tak pantas saling menebar kebencian. Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari RA: Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam. Sehingga waktu keduanya berpapasan, masing-masing saling membuang muka. Dan yang paling baik adalah orang yang lebih dahulu memberi salam.” (HR Muslim).

Hidup hanya sekali, amal dan nama baik ataupun sebaliknya yang akan dibawa mati. Jagalah amanah, sekali berkhianat, corenglah diri, banyak orang yang akan mengingat.

Tidak perlu merasa bersaing dalam prestise diri dan materi karena masing-masing memiliki jalan hidup dan apa pun yang diperolehnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Ilahi. Tak ada sebiji zarah pun yang luput dari penilaian-Nya, baik itu kebaikan maupun keburukan.

Lantas apa yang membuat iri dengan pencapaian saudara atau teman? Dengan mobil barunya, rumah mewah, atau jabatan yang menterengnya? Semuanya akan dikembalikan dan diminta pertanggungjawaban.

Hati yang penuh kemurahan dan senang dengan kesuksesan saudaranya akan diliputi kebahagiaan. Mereka yang iri dan dengki menyempitkan hati dan pikiran, merundungkan kehidupan penuh kesusahan.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah saling membenci, saling mendengki, dan jangan pula saling mengkhianati. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang Muslim, mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Muslim).Wallaahu a’lam.

IU RUSLIANA, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Hikmah Republika 24 Juni 2021.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *