Nisan di Kota Api

“dua penyair itu telah menakwil imajinasi dengan cerdas dan
memosisikannya sebagai  realitas itu sendiri.
Tentu ini hal yang mencerahkan. BF dan PW telah alirkan airmata dari
mataair sejarah lama ketika sastra tarekat terikat idiom-idiom lokal
yang jenius diubahusai oleh keduanya dalam idiom-idiom humanisme
kinasiah yang pedih. Dua penyair ini telah merenda luka kultural
bersifat holistik. Persis sama ketika para wali sembilan memompakan
akidah di ruang sinkretisme yang tak berbentuk. Tentu, ini tidak salah
sebab “form in poetry is itself a trope,” tulis Harold Bloom, “A
figurative substitution of the as-it-were outside of a poem for what
the poem is supposed to represent or be.”

Tandi Skober, Esais, Budayawan

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter