Mudik Lahir Batin

(UINSGD.AC.ID)-Manusia itu hakikatnya sedang singgah di dunia dan akan kembali ke akhirat sebagai tujuan utama. Hanya saja, perantau itu kerap lupa dan merasa tak akan kembali ke alam baka. Semuanya bermula dari Allah Yang Maha Pencipta dan akan kembali kepada-Nya.

Bagi yang melaksanakan shaum, perjumpaan dengan Tuhan adalah sesuatu yang membahagiakan. Mudik sejati yang benar-benar sangat diinginkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 

“Allah Azza wa Jalla berfirman, semua amal untuk Adam itu untuk dia sendiri, kecuali shaum karena shaum itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya. Shaum itu benteng (pelindung dari siksa neraka).

Oleh karena itu, apabila kamu sedang shaum, jangan bersetubuh dan jangan pula berbuat gaduh. Apabila seseorang memakimu atau mengajak bertengkar dengan kamu, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini sedang shaum.’ 

Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan (kekuasaan)-Nya, bau mulut seorang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat nanti daripada harum kasturi. Selain itu, orang yang shaum mendapatkan dua kali kegembiraan, yaitu apabila saat berbuka, dia bergembira dengan buka shaumnya, dan apabila kelak bertemu Tuhannya, dia bergembira dengan shaumnya” (HR Muslim).

Sebagai persiapan, mari belajar untuk mudik lahir batin. Tidak hanya fisik, mudik yang tujuannya untuk bersilaturahim hendaknya melibatkan hati dan pikiran. Silaturahim hati itu ditujukan ke dalam diri dan sesama.

Ke dalam hati sendiri yang kerap menjauh dari Ilahi. Setelah menjauh, hendaknya mendekati, karena Dia sedekat urat nadi. Caranya dengan taat menunaikan ibadah shaum dan semua kewajiban-Nya.

Memudikkan hati artinya membiarkan seperti pada awal mula diciptakan, suci dari segala kebencian. Bermakna meluaskan pintu memaafkan. Tak ada ruang dendam dan kemarahan, yang ada kecintaan. Selalu ingin berbagi, padahal boleh jadi sedang berat kondisi ekonomi. Hati yang selalu terikat tanpa lepas sedetik pun kepada Yang Maharahman. Sigap memberikan bantuan meringankan beban.

Bukan hanya hati, pikiran pun perlu mudik. Setelah jemawa dan keliaran pikiran dipertontonkan. Merasa benar sendiri, mencari-cari alasan pembenaran menjadi cara penalaran. Saat logika dipergunakan untuk melemahkan kebenaran dan kebaikan. Pikiran menjadi tempat mengatur tipu muslihat menjadikan masyarakat dirugikan dan disesatkan.

Mereka yang selalu rajin melakukan silaturahim pikiran pasti aktif melakukan dialog terbuka dan mendapatkan pencerahan. Menerima petunjuk mana yang benar dan salah serta selalu dibimbing oleh-Nya mendapatkan kebahagian. Wallaahu a’lam.

Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Republika 26 April 2022

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *