Menteri Ki Sunda Jangan Lupa Pada Tanah Kelahirannya

[www.uinsgd.ac.id] Para pembantu Presiden yang berasal dari tataran Tanah Sunda diharapkan memiliki kepedulian terhadap tanah kelahirannya, serta mengembangkan budaya sunda secara umum kepada masyarakat luas. “Saatnya para pembantu presiden (Menteri,red) asal Jawa Barat terus dikawal serta memiliki kepedulian dan mengenal lebih jauh tentang budaya kesundaan,” demikian disampaikan Ketua DPP Sundawani Wirabuana, M. Roby Zulkarnaen saat ditemui “GM” disela-sela seminar dan Workshop Seni Budaya yang digelar Dewan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Aula Utama Kampus UIN jalan A.H. Nasution Bandung, Selasa (28/10).

Menurut Robby, mengenal budaya sunda sejak dini sangat penting terutama dikalangan mahasiswa. Pasalnya, bila mereka menjadi pemimpin atau menduduki jabatan tertentu harus memiliki kepedulian kepada tanah sunda. Meskipun, kini harus lebih mengutamakan untuk kepentingan bangsa.

Ada sejumlah orang yang duduk di kabinet Kerja Presiden Jokowi-JK berasal dari sunda. Tentunya, peran serta mereka sangat dinantikan oleh masyarakat Jawa Barat.

Oleh karenanya, lanjut Robby, adanya workshop kebudayaan sunda yang digelar oleh Dewan Mahasiswa UIN SGD Bandung sangat penting, tak lain untuk memperkenalkan tentang kesundaan serta mengenal budaya dan karakter yang mesti mengikat. “Ini harus diingatkan lagi, jangan sampai budaya sunda atau prilaku orang sunda hanya dibutuhkan setiap suksesi,” tandas Robby.

Jati diri ki sund tentunya harus pegang amanat dan penyampung aspirasi serta jangan memalukan orang sunda. Ibaratnya pepatah menyebutkan “Sunda tandang, sunda midang tina sagala widang”.

Hal senada disampaikan Sekretaris Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Sunda, Dr. H. Hamzah Turmuzi menyatakan, mengenalkan budaya sudan sangat penting dan harus menjadi karakteristik.  “Tanpa mengenalkan budaya sunda yang indentik dengan masyarakat Jawa Barat tentunya harus menjadi tanggung jawab semua pihak,” kata Hamzah yang juga menjadi Wakil Dekan III FISIP UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Menurut Hamzah, Ki Sunda senantiasa sangat dibutuhkan dalam sukses dan peran orang sunda sangat begitu besar dalam setia pelaksanaan Pileg atau Pilpres. Namun, setelah merekaterpilih menjadi anggota Legislatif atau pemimpin bangsa tentu harus memperkuat budaya sunda.

Disisi lain, lanjut Hamzah, adanya orang-orang sunda yang duduk di kabinet tentunya mempunyai kebanggaan tersendiri dan masyarakat harus mengawalnya. 

Pada kesempatan tersebut Hamzah menyatakan, Bamus Sunda harus memilik pengaruh terhadap organisasi-organisasi kesundaan yang sudah ada. “Kita tidak bersaing, saling melemahkan, apalagi mengambil alih peran organisasi yang sudah ada. Justru kita akan mendorong dan memperkuat organisasi kesundaan lainnya seperti Paguyuban Pasundan di sektor pendidikannya, kemahasiswaan oleh Damas dan Gema Jabar, serta AMS di bidang kepemudaan”, kata Hamzah.

Bagi Hamzah, Bamus Sunda akan fokus di masalah negara dan pemerintahan yang menjadi sumber utama kegelisahan etnik Sunda. “Etnik Sunda sebagai suku bangsa terbesar di Indonesia setelah Jawa, sedang gelisah karena tidak cukup berperan dalam percaturan sosial politik dan sosial ekonomi di tingkat regional Jabar ataupun nasional. Gelisah juga karena merasa termarjinalisasi”, tandasnya.

Dia menambahkan, Bamus juga siap menjadi mitra terpercaya pemerintah dan swasta. “Khususnya dalam program-program pembangunan di Jabar, dengan menggunakan segala sumber daya ekonomi secara transparan dan akuntabel. Untuk menunjang itu, pengurus akan didampingi oleh Dewan Karesian yang terdiri atas sembilan guru besar dari berbagai disiplin ilmu. Dewan Karesian ini bertugas menggali dan mengembangkan nilai-nilai kesundaan dan menuangkannya dalam berbagai gagasan kenegaraan untuk rakyat.

Pada kesempatan tersebut Hamzah menyatakan, bukan saatnya lagi masyarakat Sunda terlena dengan budaya dan alamnya. “Lemah cai kita sudah tidak indah. Daya dukung alam rusak. Justru inilah saatnya kita bekerja dan meningkatkan SDM. Yang penting sekarang adalah etos kerja yaitu bagaimana dengan budaya luhur kesundaan, bisa tampil di level regional, nasional, bahkan internasional tanpa menghilangkan jati diri kita sebagai orang Sunda,” pungkasnya.[Aro]

Sumber, Galamedia 28 Oktober 2014. 

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *