Menggapai Hikmah Berpuasa

(UINSGD.AC.ID)-Puasa adalah salah satu ibadah istimewa yang kata Rasulullah “tiada bandingannya”. Salah satu aspek yang membuatnya istimewa selain Keutamaan Puasa adalah Hikmah Puasa. Berbagai hikmah yang bisa diperoleh seorang muslim bilamana melaksanakan puasa dengan sepenuh hati. Adapun hikmah untuk dirinya secara jasmani maupun rohani, hikmah medis maupun sosial.

Hikmah puasa yang pertama adalah tazkiyatun nafs; mensucikan jiwa. Mengapa? Karena dengan puasa, manusia memilih untuk menahan diri dari hal-hal yang sebenarnya halal untuknya. Sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari manusia menahan diri dari makan, minum, dan jima’. Kalau ia mau ia bisa saja melakukannya. Toh tidak ada yang mengetahuinya. Saat berada di rumah yang tertutup, di dalam kamar yang terkunci, tidak ada orang lain yang mengetahui jika ia makan atau minum. Tetapi ia tidak melakukannya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. “…dia tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya karena-Ku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala” (HR Bukhari dan Muslim)

Menahan nafsu merupakan hikmah kedua, Puasa membersihkan jiwa yang umumnya terkotori karena memperturutkan hawa nafsunya. Ibadah puasa sangat berbeda dengan ibadah lainnya yang mudah dilihat oleh sesama manusia. Shalat di masjid kelihatan, sedekah di masjid kadang diumumkan, zakat dicatat, haji justru diantar berombongan. Puasa? Tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat melihat makanan atau mencium bau yang lezat, orang yang berpuasa tidak memakannya. Ketika ada minuman yang menggoda, dalam kondisi haus pun orang yang berpuasa tidak meminumnya. Karena ia memiliki kesadaran, meskipun tidak ada yang melihat, Allah mengawasinya. Merasa diawasi oleh Allah, yang jika dibawa dalam kehidupan sehari-hari, ia akan terjaga dari berbagai kejahatan seperti berbohong, zalim dan korupsi, sebab ia yakin Allah mengawasinya.

Hikmah yang ketiga, menahan gejolak syahwat, dalam kondisi lapar dan haus, gejolak syahwat bisa diredam. Senjata ampuh yang digunakan syetan untuk menjerumuskan manusia itu bisa dikendalikan dengan puasa. Karenanya Rasulullah memerintahkan para pemuda yang belum mampu menikah untuk berpuasa. “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat mengontrol syahwatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Melatih kesabaran, sebagai hikmah keempat, Meskipun miliknya sendiri, makanannya halal, minumannya halal, itu semua tidak akan dikonsumsi kalau belum tiba waktu berbuka. Meskipun lapar, ditahan. Meskipun haus, ditahan. Orang yang berpuasa menjadi lebih sabar. Demikian pula saat ada orang mencela dirinya atau mengajaknya berselisih, Rasulullah mengajarkan untuk menahan diri. “Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat. Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa” (Muttafaq ’alaih)

Hikmah puasa kelima, membentuk pribadi disiplin. Puasa memiliki waktu yang mengikat. Kapan mulai berpuasa sudah ada waktunya, yakni mulai terbit fajar. Kapan berbuka juga ada waktunya, yakni ketika matahari terbenam. Rasulullah juga mensunnahkan untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Jika di bulan lainnya sulit bangun malam, ternyata waktu Ramadhan bisa. Disiplin bangun dini hari untuk makan sahur bahkan qiyamul lail. Ini bukti salah satu hikmah puasa membentuk disiplin.

Adapun hikmah puasa keenam, secara medis, diantaranya puasa memberi kesempatan bagi alat pencernaan untuk beristirahat. Dengan peristirahatan yang teratur ini maka alat pencernaan menjadi lebih sehat. Dan sudah menjadi hal yang lazim bahwa puasa dipakai untuk mengobati beberapa pasien dan ketika akan melakukan operasi besar. Telah terbukti kebenarannya secara ilmiah bahwa memperbanyak makan bisa menimbulkan penyakit seperti rematik, penyakit liver, tekanan darah tinggi, dan kencing manis. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa puasa akan bisa memberikan kesempatan istirahat bagi tubuh setiap tahunnya dalam waktu tertentu, yaitu seperdua belas dari umur si pasien.

Hikmah lain yang ketujuh, adalah hikmah secara sosial, dengan berpuasa, orang merasakan lapar dan dahaga. Orang kaya jadi tahu seperti apa rasanya tidak makan, meskipun hanya sekitar 14 jam. Dari situ timbul kepekaan bagaimana rasanya orang-orang yang kekurangan makanan. Maka kepekaan itu pun melahirkan empati untuk menolong sesama manusia terutama yang membutuhkan.

Hikmah yang paling utama adalah Pada akhirnya, secara keseluruhan dan target akhir, puasa bermaksud membentuk pribadi yang bertaqwa. Yang mentaati perintah Allah dan menjauhi larangannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183)

Dr. H. Dadan Suherdiana, M.Ag. Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sumber, Galamedia 22 April 2021

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *