UINSGD.AC.ID (Humas) — Menteri Agama RI Nassaruddin Umar melaunching Institute for Humanitarian Islam, di Jakarta, pada Senin (4/11/2024). Lembaga ini didirikan sebagai upaya untuk mendorong pemahaman, kasih sayang, dan aksi dalam menghadapi tantangan kemanusiaan di dunia.
Menag mengapresiasi lahirnya lembaga ini. Sebab, menurutnya, semakin banyak lembaga yang konsern pada masalah kemanusiaan, akan semakin memperkokoh dan memperkuat kualitas indeks keberagamaan dan kemanusiaan bagi Bangsa Indonesia.
“Harapan kami dan harapan kita semuanya, semoga institusi yang kita lahirkan pada malam ini akan mengangkat indeks kualitas keberagamaan, kualitas kemanusiaan kita semuanya, khususnya bangsa Indonesia,” ungkap Menag.
“Tentu kita berterima kasih kepada penggagas dan pendiri wadah ini, diharapkan nanti akan lebih memperkuat lagi dan hadir sebagai lembaga penyatu berbagai macam perbedaan yang ada dalam masyarakat kita,” ucapnya.
Menag mengatakan, perbedaan itu harus dianggap sebagai lukisan Tuhan yang tidak bisa diubah. Siapa yang mencoba untuk mengubah lukisan Tuhan, menurutnya sama saja dengan melakukan kerusakan di muka bumi.
“Karena itu agama-agama apapun, saya kira, kita harus melakukan penafsiran ulang, manakala ada sebuah penafsiran yang melahirkan penindasan, yang melahirkan diskriminasi dan melahirkan ketimpangan di dalam kemanusiaan,” ucapnya.
Oleh karenanya, Menag menilai bahwa kemanusiaan hanya satu, tidak memiliki latar belakang, baik agama, maupun etnis. Hal tersebut menurutnya tercantum dalam setiap kitab suci semua agama. orang yang beragama tentu mengedepankan kemanusiaan.
“Jelas di dalam agama Islam. Saya kira juga kita bisa temukan banyak ayatnya dalam kitab-kitab suci yang lain bahwa Humanity is only one, theres no colors” ucap Menag.
Menag menjelaskan, ada tiga unsur penting dalam beragama, yaitu Mitos atau kepercayaan, yang kemudian diartikulasikan menjadi Logos atau keilmuan, dan selanjutnya diterapkan dalam bentuk Ethos.
“Tidak sempurna keberagaman kita kalau hanya berhenti di sektor mitos, hanya sampai percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi tidak ada implementasinya dalam bentuk logos, dan sampai di logos pun juga tidak sempurna kita sebagai umat beragama kalau tidak memunculkan dalam bentuk ethos,” ucapnya.
Ia pun berharap, setiap umat di Indonesia mampu mengaplikasikan ajaran agamanya, sehingga bisa menjadi manusia yang bijaksana dan mengedepankan kemanusiaan dalam bertindak “Kehadiran agama itu sangat penting di dalam rangka menciptakan kualitas kemanusiaan, kualitas kebangsaan kualitas kemasyarakatan dan kualitas individu yang sangat mumpuni,” tegasnya.
Dengan demikian, Menag yakin bahwa Bangsa Indonesia mampu mecapai kemajuan, jika umatnya menjalankan perintah agamanya dengan baik.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Humanitarian Islam Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan bahwa lembaga ini lahir sebagai langkah penting untuk menghadapi tantangan kemanusiaan di dunia.
“Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam upaya kita untuk mendorong pemahaman, kasih sayang, dan aksi dalam menghadapi tantangan kemanusiaan yang mendesak di dunia kita,” ujar Gus Yaqut dalam sambutannya.
Menurut dia, peluncuran lembaga kemanusiaan ini mengingatkan dirinya akan ajaran mendalam Islam yang menekankan kasih sayang, empati, dan tanggung jawab terhadap sesama.
“Institut ini bertujuan untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut dengan menyediakan platform untuk pendidikan, dialog, dan kolaborasi. Kami bertekad untuk memberdayakan individu dan komunitas dalam upaya kemanusiaan yang berakar pada nilai-nilai Islam,” tegasnya.