Kembangkan Keilmuan, UIN Bandung Pembawa Rahmat bagi Masyarakat

UINSGD.AC.ID (Humas) — Konsorsium Keilmuan Wahyu Memandu Ilmu (WMI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) ketiga di Aula Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (23/7/2024).

Dengan menghadirkan narasumber ahli tafsir senior UIN Bandung, Prof. Dr. H. Nurwadjah EQ, MA. FGD ini bertujuan untuk memperkuat visi UIN Bandung dengan tema tafsir rahmatan lil’alamin sebagai basis visi UIN.

Dalam sambutannya Dekan FST, Prof. Hasniah Aliah, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, termasuk peserta, tamu undangan, dan konsorsium WMI. “Pentingnya tema yang diangkat sebagai bagian dari visi baru UIN Sunan Gunung Djati Bandung,” tegasnya.

Ketua Konsorsium WMI, Prof. Supiana, mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Saintek dan seluruh pihak yang hadir. “Kegiatan ini merupakan bagian dari program WMI untuk berbagi urgensi tentang visi UIN Bandung yang bergerak dari Wahyu Memandu Ilmu menuju Rahmatan lil’alamin

Menurutnya, meskipun visi ini menantang, namun mulia dan harus dijadikan sebagai darah daging seluruh akademisi UIN Bandung.

Prof. Supiana menekankan “akademisi adalah warosatul anbia, pewaris para nabi, dan kegiatan seperti ini akan terus berlanjut sebagai identitas keilmuan UIN yang dibangun atas dasar keagamaan yang kuat. Karena pemerintah sedang uji publik Rancangan Peraturan Pemerintah, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi, yang bergeser menjadi universitas, dimana salah satu poin pentingnya adalah program studi umum harus memiliki distingsi yang menjadi fokus keilmuan,” jelasnya.

Dalam pemaparannya Prof. Nurwadjah menjelaskan bahwa rahmat, ridho adalah elemen penting yang harus dicari dalam beramal. “akademisi harus memberikan rahmat dan keutamaan kepada masyarakat,” jelasnya.

Tafsir Al-Qur’an, menurutnya, adalah alat untuk menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh Allah dalam Al-Qur’an, dan pemahaman yang benar adalah kunci untuk menjadikan institusi keilmuan, “seperti UIN sebagai pembawa rahmat bagi masyarakat luas,” tuturnya.

Prof. Nurwadjah menekankan pentingnya menafsirkan Al-Qur’an dengan benar, menggunakan ilmu ulumul Qur’an seperti asbabun nuzul, dan menghindari polusi dalam pengamalan dan pemahaman beragama. “sains dan agama memiliki sifat yang berbeda namun harus dijaga agar tidak bertabrakan, serta fokus untuk menjadikan para sarjana UIN memahami dasar-dasar ilmu keagamaan dan batas-batas sains,” paparnya.

Acara ini menjadi momentum penting bagi UIN Bandung dalam memperkuat visi dan misi keilmuan yang berbasis pada nilai-nilai rahmatan lil’alamin, serta mengajak seluruh akademisi untuk terus mengembangkan keilmuan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip keagamaan yang kuat.

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *