(UINSGD.AC.ID)-Upaya memperingati Maulid Nabi 1442 H, Laboratorium Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Diskusi Dosen bertajuk “Kajian Sirah Nabi: Menelusuri Jejak Mencari Teladan; Mengartikulasikan Nilai-Nilai Profetik dalam Kajian Sejarah, Budaya dan Sastra” melalui aplikasi Zoom Meeting, Sabtu (31/10/2020)
Dr. H. Ajid Thohir, M.Ag, Moch. Rosyid Ridho, M.A, Dr. Dadan Rusmana, M.Ag. dan Dr. Ading Kusdiana, M.Ag.tampil menjadi narasumber yang dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Dr. H. Setia Gumilar, M.Si.
Dalam sambutannya berharap nilai-nilai teladan Nabi dapat terefleksikan dalam etos kerja di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) baik sebagai pejabat struktural maupun tenaga fungsional sebagai Dosen.
Ketua Laboratorium Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Dr. Suparman, M.Ag berharap dengan Diskusi Dosen tersebut Fakultas Adab dan Humaniora ikut menggagas kajian komprehensif Sirah Nabawiyah dalam berbagai perspektif agar nilai-nilai profetik dari perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dan perjuangannya membawa risalah Islam dapat terartikulasikan dalam kajian sejarah, budaya dan sastra sebagai kajian inti pada prodi-prodi yang ada di Fakuktas Adab dan Humaniora (FAH).
Menurut Dr. Ajid Thohir sosok Muhammad dalam perspektif sufistik, tentang konsep Nur Muhammad. Nur Muhammad disebut juga hakikat Muhammad. Seluruh makhluk berasal dan melalui dirinya. Itulah sebabnya Nur Muhammad pun disebut al-haq al-makhluq bih atau al-syajarah al-baidha’ karena seluruh makhluk memancar darinya. Ia bagaikan pohon yang daripadanya muncul berbagai planet dengan segala kompleksitasnya. Terminologi Nur Muhammad tidak bisa dipisahkan dengan Nabi Muhammad sebagai person, karena representasi Nur Muhammad dan atau insan kamil adalah pribadi Muhammad yang penuh pesona. Posisi Muhammad sebagai nabi dan rasul dapat dikatakan sebagai miniatur makhluk mikrokosmos karena pada diri beliau merupakan tajalli Tuhan paling sempurna. Itu pula sebabnya, mengapa Nabi Muhammad mendapatkan berbagai macam keutamaan dibanding nabi-nabi sebelumnya.
Bagi M. Rosyid Ridho kondisi sosial budaya masyarakat Arab sebagai living space kiprahnya Rasulullah dengan sumber-sumber literatur Barat.
Dr. Ading Kusdiana mengulas tentang praktik Tradisi Maulid baik dalam konteks kekuasaan lokal seperti di kesultanan-kesultanan atau Bupati-bupati di Tatar Sunda maupun pemerintahan Islam di kawasan lainnya. Selanjutnya Dr. Dadan Rusmana menawarkan secara teknis bagaimana kajian Sirah Nabawiyah nilai-nilai profetiknya bisa diartikulasikan dalam kajian sejarah, sastra dan budaya.
Berbagai tanggapan dan masukan dari peserta diskusi cukup memberikan tambahan pemahaman terhadap kajian Sirah Nabi lebih komprehensif sekaligus saran-saran agar Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) menjadi model ideal dalam merekonstruksi sejarah Nabi dalam berbagai media. Tak terkecuali untuk menuliskan hasil kajian dalam model turats yang berbahasa Arab maupun Inggris. ()