5 Hal yang Harus Dihindari Saat Kamu Menjadi Pembawa Acara. Simak Baik-baik Ya saat Nge-MC

UINSGD.AC.ID (Kampus I) — Seorang pembawa acara atau biasa dikenal dengan sebutan MC (Master of Ceremony) akan selalu menjadi sorotan dalam sebuah acara. Karena bagaimana pun, seorang MC akan berada di depan para audiens.

Untuk menjaga profesionalitas, tentu kita harus memaksimalkan performa saat menjadi seorang MC.

Berikut ini 5 hal yang harus dihindari saat kamu menjadi seorang MC:

1. Menggunakan Sapaan “Yang Terhormat” Kepada Semua Pengisi Acara/Tamu Yang Hadir

Perlu digarisbawahi bahwa “Yang Terhormat” artinya orang yang paling dihormati dalam suatu acara. Jadi cukup menyapa “Yang Terhormat” kepada satu orang yang paling tinggi jabatannya. Selebihnya, kamu bisa menggunakan sapaan “Yang Kami Hormati”.

2. ⁠Menggunakan Kalimat “Waktu dan Tempat Disilakan”

Saat mempersilakan seseorang, misalnya untuk memberikan sambutan, hindari menggunakan kalimat “waktu dan tempat disilakan”. Kenapa? Karena yang kita persilakan adalah orangnya, bukan waktu dan tempatnya. Sebaiknya menggunakan kalimat “Kepada Bapak Nandang Taufik, M.Pd. disilakan”.

3. ⁠Menggunakan Kalimat “Untuk Mempersingkat Waktu”

Mengapa kalimat “untuk mempersingkat waktu” harus dihindari saat kamu menjadi seorang MC? Karena waktu tidak bisa dipersingkat, juga tidak bisa dipercepat. Lalu apa yang bisa dilakukan? Sebaiknya menggunakan kalimat “untuk mengefektifkan waktu”.

4. Menggunakan Kalimat “Menginjak/Melangkah ke Acara Selanjutnya”

Jangan menggunakan kalimat “menginjak acara selanjutnya atau mempersingkat waktu” sepertinya kalimat ini banyak digunakan oleh seorang pembawa acara, padahal kalimat tersebut adalah kalimat yang tidak boleh diucapkan oleh MC karena waktu itu tidak bisa di singkat apalagi diinjak, jadi cukup gunakan kalimat acara selanjutnya.

5. Menggunakan Kalimat “Hadirin Sekalian”

Kata “hadirin” merupakan serapan dari bahasa Arab dari akar kata “hadoro” yang artinya menghadiri atau ada di tempat. Dalam bahasa Arab, hadir artinya orang yang hadir, hadironi (dua orang yang hadir), dan hadirun/hadirin (orang-orang yang hadir).

Jadi, “hadirin” sudah bermakna banyak (plural), yakni orang-orang yang hadir, sehingga tak perlu lagi menggunakan kata “sekalian” atau “para” yang juga menunjukkan banyak. Cukup: hadirin!

Frasa “hadirin sekalian” atau “para hadirin” adalah pleonasme, yaitu majas bahasa yang menambahkan informasi pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan, sebagaimana “dia turun ke bawah” (turun pasti ke bawah dong!) atau “naik ke atas” (naik sudah pasti ke atas dong!). [Eryanti Nurmala Dewi/Humas]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *