UINSGD.AC.ID (Humas) — Menggabungkan kata-kata salam dari berbagai agama (Salam Lintas Agama) dalam kegiatan formal, sebagai bentuk penghormatan sosial, adalah konsep yang dapat mempromosikan inklusivitas dan menghargai keragaman.
Dalam kegiatan publik dengan beragam peserta, ucapan salam berfungsi sebagai bentuk sapaan. Dalam sejarahnya, bahkan ucapan salam di kegiatan publik merupakan cerminan struktur sosial dan politik yang kompleks serta hubungan kekuasaan dalam masyarakat.
Lepas dari perdebatan apakah ucapan salam itu ibadah atau bukan, namun pengucapan salam yang menggabungkan kata-kata dari berbagai agama menunjukkan penghargaan terhadap keragaman budaya dan keyakinan.
Ini dapat mencerminkan sikap inklusif dan menghormati semua individu tanpa memandang latar belakang agama mereka. Penggunaan salam dari berbagai agama dapat mencerminkan rasa hormat dan kesetaraan, dan menunjukkan bahwa semua agama dihargai dan diterima dalam konteks formal.
Pengucapan salam dari berbagai agama dalam satu ucapan dapat meningkatkan kesadaran tentang keragaman agama di antara para peserta, mendorong pemahaman dan toleransi. Salam keragaman merupakan simbol persatuan dan perdamaian, menekankan nilai-nilai universal yang dianut oleh semua agama, seperti kasih sayang, persahabatan, dan penghormatan.
Ucapan Salam Lintas Agama seperti hal baru muncul belakangan, namun akar penghormatan lintas agama dan budaya telah ditemukan dalam berbagai peradaban yang multikultural dan inklusif. Pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman agama melalui ucapan salam merupakan refleksi dari nilai-nilai inklusivitas, perdamaian, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia yang semakin diakui dan dijunjung tinggi di era modern.
Pengembangan Salam Lintas Agama merupakan upaya kolektif kita yang bertujuan untuk membangun penghormatan pada keragaman dan sebagai langkah positif menuju dialog antaragama. Salam Lintas Agama merupakan bagian dari usaha mempromosikan pesan-pesan inklusivitas, perdamaian, dan saling menghormati.
Mempromosikan Salam Lintas Agama dalam kegiatan-kegiatan formal di ruang publik, tampaknya, tidak bertujuan dan (tidak akan) mengaburkan identitas dan keyakinan agama, apalagi bertujuan merusak kemurnian doktrin agama tertentu.
Salam Lintas Agama menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinan orang lain tanpa mengurangi keyakinan pribadi, yang akan mendorong kekuatan kita dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif.
Dengan demikian, penggunaan Salam Lintas Agama dapat dianggap sebagai simbol komitmen terhadap nilai-nilai inklusivitas dan persatuan. Meskipun ada tantangan dan perdebatan, tujuan utamanya adalah untuk menciptakan ruang di mana semua individu merasa dihormati dan diterima, mencerminkan komitmen bersama untuk hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang beragam.
Prof Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.