UINSGD.AC.ID (Humas) — “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un” kabar duka datang dari Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2023-2007 dan 2007-2011, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS.
Pagi ini UIN Sunan Gunung Djati Bandung kehilangan salah satu sosok penting dalam perintisan peralihan status dan pengembangan UIN Sunan Gunung Djati.
Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS di rumah sakit Al Islam Bandung pukul 01.00 pada Hari Kamis, 2 Januari 2025. Meninggal pada usia 70 Tahun karena Sakit.
Almarhum akan disholatkan di Mesjid Iqomah UIN pukul 06.00 Jl. A.H Nasution No. 105 dimakamkan pada hari ini di Pemakaman Ciburuy Muhammad Thoha pukul 09.00.
Semoga amal ibadah Bapak kami diterima iman Islamnya, diampuni salah dan dosanya juga terima disisi Allah
Kami yang ditinggalkan tetap diberi ketabahan dan Keikhlasan . Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
Biodata
Temuan-temuan Iptek dapat memberi peluang baru bagi agama untuk makin mewujudkan konsep-konsepnya secara nyata, di sini letaknya peran wahyu memandu ilmu.
Nanat Fatah Natsir dilahirkan di Garut, 11 Desember 1954 dari pasangan H. Muhammad Madin (alm)-Hj. Komariah, beristrikan Dra. Hj. Ade Aisyah, M.Ag. mempunyai 4 orang putra/i, yaitu : Ifa Latifah, SE., Mohammad Iqbal, S.Ip., Ita Fitriyyah, S.Si., M.Si. dan Ilham Akbar.
Bagi civitas akademika UIN Bandung, membicarakan “Paradigma wahyu memandu ilmu” pasti akan mengingatkan kepada sosok Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir,MS, mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung selama dua periode ini (2003-2007 dan 2007-20011). Dia berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis.
Dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Ali Imran : 190-19 1).
“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya menyembah-Ku” (QS. Adz Zariyat : 56), harus menjadi pedoman bagi orang-orang yang berakal dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam beserta isinya sebagai ciptaan Allah untuk dimanfaatkan oleh manusia sekaligus dijadikan sebagai media untuk mengabdi kepada-Nya.
Filosofi RODA
Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Nanat mengilustrasikannya dalam “filosofi atau metafora RODA” berikut ini:
Ilustrasi filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Dalam teori ilmu (theory of knowledge), suatu pembagian yang amat populer untuk memahami ilmu adalah pembagian bahasan secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Maka lokus pandangan keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora sebuah roda. Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada porosnya dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis.
Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggungjawab yang diembannya. Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu selalu mentransendesi dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seiring dengan perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.
Metafora roda sebagai komponen vital sebuah kendaraan melambangkan kesatuan utuh dan unsur-unsur yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Secara fisik sebuah roda adalah bagian as (poros), velg (dengan jari-jannya) dan ban luar (ban karet). Tiga bagian ini bekerja simultan dalam kesatuan yang harmonis, yakni tata kerja roda. Fungsi roda sebagai penopang beban memiliki cara kerja yang unik yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Ketika roda itu berputar, maka komponen-komponen yang melekat padanya ikut bekerja sesuai dengan fungsinya. Jika dihampiri ilustrasi itu antara ilmu dan agama dengan berbagai cara pendekatan dan pandangan, tampak tidak saling menafikan, melainkan bisa saling mengoreksi dan memperkaya. Metafora filosofi pengembangan sistem kerja dan semangat akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung di masa depan mengacu pada rincian “Filosofi Roda” ini sebagai berikut :
Pertama, as atau poros roda melambangkan titik sentral kekuatan akal budi manusia yang bersumber dan nilai-nilai ilahiyah, yaitu Allah sebagai sumber dari segala sumber. Titik sentral ini mencerminkan pusat pancaran nilai-nilai keutamaan yang berasal dari pemilik-Nya (Allah Swt), sekaligus titik tujuan seluruh ikhtiar manusia. Dengan kata lain tauhidullah sebagai pondasi pengembangan seluruh ilmu. Sebab itu, ibarat gaya sentrifugal (gaya dari dalam menuju luar) yang terdapat dalam putaran roda, pancaran semangat inilah yang di isi nilai-nilai ilahiyah menjadi sumbu kekuatan utama dalam proses integrasi keilmuan UIN. Dari titik inilah paradigma keilmuan UIN berasal, meskipun dalam perkembangannya dalam dunia ilmu ternyata tak sepenuhnya ditentukan oleh argumentasi-argumentasi logis, tetapi banyak pula dipengaruhi unsur sosiologis dan psikologis dengan menampakkan keragaman bentuk yang berbeda dan problematik.
Poros roda melambangkan titik inti pencapaian tujuan akhir. Ibarat gaya sentripetal (gaya dari luar menuju dalam) pada sebuah roda yang berputar, mencerminkan identitas keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dinamik pada derajat kedalaman tertentu merupakan hasil pengujian dengan kebenaran hakikinya yang lebih komprehensif dan menyentuh inti kehidupan yang bersumberkan pada nilai-nilai ilahiyah. Kurikulum yang dikembangkan ke arah penemuan (invention) dan pewarisan (discovery) khazanah keislaman merupakan hakikat ilmu pengetahuan dalam upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Karena itu, poros roda melambangkan titik awal sekaligus titik akhir dari upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Proses integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengedepankan corak nalar rasional dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan Islam yang bersumber langsung dan wahyu untuk menciptakan hasil kreasi ilmu Islami yang kontemporer, dan corak berfikir kritis dan selektif terhadap ilmu pengetahuan kontemporer yang berkembang untuk menemukan benang emas ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai yang Islami.
Dengan demikian ayat-ayat qur’aniyyah dan ayat-ayat kawniyyah sebagai sumber ilmu yang terintegrasi dan holistik yang kedua-duanya bersumber dari Allah Swt sebagai sumber segala sumber kebenaran yang sejati. Dua corak ini ditamsilkan sebagai gaya dalam putaran sebuah roda yang berasal dari dan menuju ke porosnya.
Kedua, velg roda yang terdiri dari sejumlah jari-jari, lingkaran bagian dalam dan lingkaran luar melambangkan rumpun ilmu dengan beragam jenis disiplin yang berkembang saat ini. Setiap ilmu memiliki karakteristiknya masing-masing yang memudahkan kita untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Tetapi dalam perbedaan itu terdapat fungsi yang sama, yakni ilmu sebagai alat untuk memahami hakikat hidup.
Selain itu, semua ilmu memiliki fungsi serupa dalam wilayah empirik dan alat untuk memahami realitas kehidupan. Oleh karena itu, walaupun bermacam-macam disiplin ilmu tidak menunjukan keterpisahan, tetapi hanya pengklasifikasian ilmu saja sebab hakekatnya sumber ilmu semua dari Allah Swt.
Metafora velg roda dengan berbagai komponennya persis seperti ciri dan fungsi ilmu tadi. Jari-jari roda ibarat sejumlah disiplin ilmu yang menopang hakekat hidup yang berada pada lingkaran bagian dalam kehidupan kita. Begitu juga, kajian dalam beragam disiplin ilmu dapat menyentuh kehidupan nyata yang berada pada lingkaran luar kehidupan manusia dan alam semesta.
Karenanya, ilmu -baik yang berkembang dari ayat-ayat Kawniyyah maupun Qur’aniyyah- berada dalam satu kepemilikan, yakni milik Allah Swt, bersumber dari kehendak-Nya dan dimanfaatkan manusia sebagai fasilitas hidupnya.
Metafora velg ini mencerminkan sikap optimisme bahwa integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung sangat relevan dengan hakikat keterkaitan dan keterikatan ilmu. Ilmu pengetahuan yang satu dengan yang lainnya bekerja sama secara simultan dan holistik guna meno-pang tantangan perkembangan zaman.
Disparitas perbedaan dalam satuan wilayah keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang beraneka warna (colorful) dibanding perguruan tinggi lain yang hanya mengungkap ayat-ayat kawniyyah tidak lagi menjadi bagian dikhotomis dalam implementasi proses pendidikannya.
Selain itu, harapan dan optimisme yang tersirat dalam metapora velg sebuah roda tercermin dari dinamika velg yang berputar. Putaran ini melambangkan bahwa setiap ilmu yang dikembangkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung selalu memperluas cakrawala cakupannya. Ilmu-ilmu itu tidak berhenti pada prestasinya yang telah dicapai saat ini, tetapi secara terus menerus melakukan pembaharuan pada dirinya sesuai dengan perkembangan zaman.
Dinamika inilah merupakan titik singgung atau arsiran antar ilmu yang dapat ditemukan secara jelas. Ibarat pergeseran posisi sebuah jari-jari roda yang menyentuh area tempat putaran jari-jari lainnya, ilmu yang satu akan saling mengisi dengan ilmu lainnya atau korelasi.
Ketiga, ban luar yang terbuat dari karet melambangkan realitas kehidupan yang tidak terpisahkan dari semangat nilai-nilai ilahiyah dan gairah kajian ilmu. Pada sisi luar ban ini dilambangkan tiga istilah, yaitu iman, ilmu dan amal shaleh sebagai cita-cita luhur yang menjadi target akhir dari profil lulusan UIN. Kekuatan iman berfungsi sebagai jangkar yang dipancang kokoh dalam setiap pribadi lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kekuatan iman ditanamkan melalui suatu upaya pendidikan yang komplementer, mencakup berbagai ikhtiar untuk membangun situasi kampus yang ilmiah dan religius.
Kekuatan ilmu merupakan basis yang dimiliki UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mencerminkan dinamika kampus sebagai zona pergumulan para ilmuwan dan cendekiawan yang dapat tumbuh subur dengan menaruh harapan besar pada pengembangan ilmu pengetahuan yang melahirkan generasi ‘aliman. Indikator kesuburan ilmu pada lulusan tidak hanya diukur oleh ciri-ciri kecerdasan nalar, tetapi juga oleh komitmen dalam menggunakan ilmu sebagai pembimbing tingkah laku yang memiliki al-akhlak al-karimah.
Sedangkan amal shaleh sebagai wujud perilaku yang terbimbing oleh iman dan ilmu. Seperti halnya iman, ilmu, dan amal shaleh merupakan buah dan proses pendidikan yang dibangun di atas konsep integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan kekuatan energi yang terpancar dari nilai-nilai Ilahi.
Dasar pembidangan ilmu yang dikembangkan menurut Mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini, nantinya berorientasi pada usaha memadukan pertama, hubungan organis semua disiplin ilmu pada suatu landasan keislaman; kedua, hubungan yang integral diantara semua disiplin ilmu; ketiga, saling keterkaitan secara holistik semua disiplin ilmu untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional; keempat, keutamaan ilmu pengetahuan yang disampaikan berdasarkan ayat ayat qur’aniyyah dan kawniyyah menjadi landasan pandangan hidup yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keislaman; kelima, kesatuan pengetahuan yang diproses dan cara pencapaiannya dikembangkan secara ilmiah akademis; keenam, pengintegrasian wawasan keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan dalam spesialisasi dan disiplin ilmu menjadi dasar bagi seluruh pengembangan disiplin akademis.
Semua itu diabadikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama yang merupakan tiga komponen utama dari peneguhan iman, ilmu, dan amal shaleh. Dengan ungkapan lain, implementasi proses belajar mengajar pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat menghasilkan kualifikasi sarjana yang memiliki keagungan al-Akhlak al-Karimah, kearifan spiritual, keluasan ilmu, dan kematangan Profesional. Bila metafora roda dalam keilmuan UIN dilihat dari satu aspek mata kuliah seperti yang digambarkan Amin abdullah (2004), maka dapat digambarkan segitiga berikut:
Setelah kita melihat kedua gambar di atas, sebagaimana juga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, baik RODA maupun MATA KULIAH, kita melihat kemungkinan titik temu antara keduanya. Nantinya lewat temuan-temuan terbarunya, ilmu dapat merangsang agama untuk senantiasa tanggap memikirkan ulang keyakinan¬keyakinannya secara baru dan dengan begitu menghindarkan agama itu sendiri dari bahaya stagnasi dan pengaratan. Di samping temuan-temuan Iptek pun dapat memberi peluang baru bagi agama untuk makin mewujudkan konsep-konsepnya secara nyata, di sini letaknya peran wahyu memandu ilmu.
Pada dasarnya, ilmu pengetahuan manusia secara umum hanya dapat dikategorikan menjadi tiga wilayah pokok: Natural Sciences, Social Sciences, dan Humanities. Oleh karenanya, untuk pemberian sebuah universitas, Departemen Pendidikan Nasional mensyaratkan dipenuhi-nya 6 program studi umum dan 4 program studi sosial. Persyaratan ini bagus, tetapi para ilmuwan sekarang mengeluh tentang output yang dihasilkan oleh model pendidikan universitas yang berpola demikian. Sama halnya keluhan orang terhadap alumni perguruan tinggi agama yang hanya mengetahui soal-soal normatif doktrinal agama, tetapi kesulitan memahami empirisasi agama sendiri, lebih-lebih empirisasi agama orang lain, maka UIN sebagai jawabannya yang tepat.
Itulah pokok-pokok fikiran seorang tokoh dan cendekiawan Muslim, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, Ms., Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung dua Periode (dari 2003 s.d. 2011), pernah menjabat sebagai Presedium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan staf ahli Menteri Agama.
Peran di ICMI
Menurut Nanat, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dinilai telah membawa perubahan di sendi-sendi kehidupan bangsa. Perubahan itu khususnya terjadi di bidang ekonomi, politik, dan pendidikan.
Menurutnya, lembaga ekonomi syariah yang berkembang di Tanah Air merupakan sumbangan bidang ekonomi ICMI. Saat ini, lembaga ekonomi syariah seperti Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) telah berkembang hingga ke wilayah akar rumput.
“Berkembangnya lembaga ekonomi syariah yang pesat merupakan sumbangan ICMI,” kata dia dalam sambutan di Silaturahim Kerja Nasional ICMI, di Jakarta
Di bidang politik, Nanat mengatakan ICMI memudarkan dikotomi masyarakat dalam kyai, priyayi, dan abangan. Sehingga, yang memperjuangkan nilai-nilai Islam tidak hanya kyai tapi juga priyayi dan abangan.
“Gus Dur pernah mengucapkan kepada Habibie, terimakasih karena membawa umat Islam ke tengah, lebih maju,” kata dia.
Dalam bidang pendidikan, kata Nanat, ICMI memotori keseimbangan imtaq dan ipteq. “Pendidikan yang bernafaskan islam tidak hanya pesantren tapi juga umum,” ungkapnya. ICMI saat ini telah memiliki 4 lembaga pendidikan seperti insan cendekia.
Pendidikan:
– Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cikelet Garut 1967.
– Madrasah Ibtidaiyah Cikelet Garut, 1967.
– Pondok Pesantren As-Sharkowiyah Cikelet Garut, 1962-1967.
– Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 tahun Bandung 1971.
– Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahun Bandung 1973.
– Sarjana Lengkap (Drs) Fakultas Tabiyah (Pendidikan) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Sunan Gunung Djati Bandung 1980.
– Program Magister (S2) Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Program Studi Ilmu-ilmu Sosial, Kajian Utama Sosiologi, 1988.
– Program Doktor (S3) Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Program Studi Ilmu-ilmu Sosial, Kajian Utama Sosiologi, 1997.
Karir dan Jabatan
– Staf Kantor Departemen Agama (Depag) RI Kab. Garut 1979.
– Dosen IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1980 – Sekarang.
– Staf Ahli Lembaga Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1984.
– Sekretaris Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (KOPERTAIS) Wilayah II Jawa Barat, 1990 – 1996.
– Wakil Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (KOPERTAIS) Wilayah II Jawa Barat, 1996 – 1997.
– Pembantu Rektor I IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1999 – 2003.
– Pembantu Rektor IV Universitas Garut (Uniga) 1999 – 2000.
– Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Garut (Uniga) 1999 – 2003.
– Asisten Direktur I Pascasarjana Universitas Garut (Uniga), Program Studi Administrasi Negara, 2000 – 2003.
– Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (KOPERTAIS) Wilayah II Jawa Barat dan Banten, 2003 -2007/2007-2011.
– Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2003 – 2007/2007-2011.
– Staf Ahli Menteri Agama RI, 2012 – 2015
– Presidium ICMI, 2015.