[www.uinsgd.ac.id] Fakultas Ushuluddin (FU) UIN SGD Bandung meluncurkan buku Islam Moderat (Refleksi Pemikiran Prof. Dr. H. Afif Muhammad, M.A) dengan menghadirkan narasumber: Asep S Muhtadi (Guru Besar UIN SGD Bandung), Achmad Setiyaji, (Wartawan Senior Pikiran Rakyat), Godi Suwarna (Sastrawan) yang dipandu Radea Juli A. Hambali di Puri Khatulistiwa, Selasa (5/6).
Dalam sambutanya Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si, sosok yang sederhana dan harus menjadi teladan bersama. “Pigur pegawai yang tawadu, kecerdasan intelektualnya tidak diragukan lagi dan kemulian akhlaknya dapat dilihat dalam menjalani kehidupan keluarganya,” tegasnya.
Untuk urusan administrasi, “Prof Afif termasuk sosok yang hati-hati, bahkan diketegorikan aman dari kondisi yang menyia-nyiakan keperluan penting untuk perbaikan kualitas dan mutu di lingkungan kampus,” ujarnya.
Dekan FU, Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag menuturkan Prof. Afif bukan saja teman sejawat di Fakultas Ushuluddin, tetapi juga sekaligus sebagai guru. Guru segalanya, termasuk guru cara menerjemah, cara menulis, dan cara ceramah. “Waktu saya sebagai mahasiswa di Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung sekitar tahun 90-an dan AM sebagai ketua jurusan, hampir smua mahasiswa mengidolakannya. Gaya bahasanya enak, logikanya terarah, dan uraiannya menarik,” paparnya.
“Pokoknya apa yang ia ucapkan dan tulis selalu menarik untuk disimak. Itulah kira-kira kami waktu mahasiswa mengenalnya. Satu lagi darinya yang kami kenal sebagai mahasiswanya adalah produktivitasnya yang luar biasa dalam menulis, baik sebagai penerjemah, editor maupun penulis,” jelasnya.
Dalam konteks UIN SGD Bandung, Prof. Afif punya andil besar dalam mempromosikan Islam Wasathiyyah. Kini diskursus Islam Moderat biasanya dikaitkan dengan isu-isu seperti radikalisme, eksklusivitas, dan intoleransi. “Saya akan mencoba melihat pemikiran Prof. Afif tentang isu-isu tersebut. Tentu tujuan bukan untuk menyimpulkan apakah ia setuju dengan gagasan Islam Moderat atau bukan, tetapi untuk menemukan bagaimana ia meneguhkan gagasan Islam moderat,” tegasnya.
Bila yang dimaksud Islam Moderat adalah beragamakan secara inklusif dan menghargai keragaman, maka itu sudah built in dalam pemikiran Prof. Afif. “Setidaknya hal itu dapat dilihat dari tulisan-tulisannya, baik berupa makalah atau buku. Dan sekali lagi, produk Fakultas Ushuluddin memang seperti itu, bukan saja dosennya, tetapi juga mahasiswanya. Itu artinya Prof. Afif tidak setuju dengan gerakan radikalisme atau terorisme atas nama agama, apapun alasannya dan faktor apapun yang melatarbelakanginya,” kesanya.
Di mata Prof Asep S. Muhtadi, “seorang cendekiawan inklusif, berideologi istiqamah, berwawasan luas, tapi tetap berhati Mekkah. Dia memahami teks-teks klasik dan modern yang tidak banyak dikunyah oleh cendekiawan segenerasinya. Maka jadilah Afif Muhammad seorang cendekiawan yang matang, mumpuni dalam menghadapi beragam dinamika kehidupan umat beragama,” jelasnya.
Dikaui, Achmad Setiyaji memang tidak semua dosen bisa menulis dengan baik dan benar.Juga, tidak semua dosen bisa membaca dengan baik dan benar. “Tapi dua-duanya ada di Pak Afif. Gaya berkomunikasinya yang kerap menjaga nuansa interaktif, agaknya menjadikan siapa pun yang bicara dengannya merasa enak dan tidak tersudutkan maupun terpelanting dalam rasa malu,” pungkasnya. [Humas Al-Jamiah]