Air dan Peradaban Manusia

Sumur zamzam / foto Mohammad Bahareth via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-2.0)

UINSGD.AC.ID (Humas) — Penulis pernah mendapat kesempatan berkunjung ke Badar, tempat fenomenal dalam sejarah Islam karena kemenangan perang pasukan Nabi Muhammad Saw. Sepulang dari Badar, terlihat sejauh mata memandang tanah gersang, sebagian pasir halus dan sebagian hamparan batuan seperti sungai kering.

Setibanya dikawasan Habt sekitar 81 km sebelum masuk pusat Kota Madinah didapati satu sumur bernama Ar-Rauha. Permukaan air sumur ini relatif dangkal dapat terlihat dari atas tepi sumur. Beberapa orang mengambil air dari bak penampungan dengan bebas.

Fenomena ini, sungguh menakjubkan jika dipikirkan dengan logika sederhana, mustahil ditengah tanah tandus tanpa pohon-pohon, terdapat sumber air yang besar. Beberapa fakta sejarah mengungkap keterkaitan antara kehidupan manusia dengan sumur ini termasuk Rasulullah Saw dan pasukan Badar yang pernah singgah mengambil air dari sumur tersebut.

Bagi para jemaah haji dan umrah yang berkesempatan singgah di tempat ini dapat mengingatkan pada pembentukan peradaban di Hijaz yang sekarang disebut Mekkah pada saat Ibunda Hajar dan Nabi Isma’il As kecil mencari air dan Allah karuniakan keluar mata air yang sekarang disebut dengan Zamzam.

Mekkah atau Makkah di dalam Al-Qur an surat Ali Imran ayat 96 disebut Bakkah yang berarti tangisan, menunjukkan bahwa tempat ini pernah menjadi tempat tangisan seorang ibu dan anak yang diasingkan suami tercintanya atas perintah Allah SWT.

Derasnya air mata Ibunda Hajar dibalas oleh Allah SWT menjadi mata air bernama Zamzam. Tentu saja keberadaan sumber air ini menjadi daya tarik para kafilah (rombongan) masyarakat yang berpindah-pindah tempat (kaum nomaden) untuk singgah dan menetap di lembah tersebut.

Dalam sejarah, Muhammad Husen Haikal mencatat bahwa sumur zamzam pernah terkubur, dan pada masa Abdul Muthalib situs sumur Zamzam ditemukan dan diaktivasi kembali atas petunjuk seseorang dalam mimpi kakeknya Rasulullah Saw ini sehingga air Zamzam terus mengalir hingga sekarang.

Di Madinah, ada sumur Raumah atau dikenal dengan sumur Utsman bin Affan yaitu sumur yang awalnya milik seorang Yahudi kemudian dibeli oleh Utsman bin Affan untuk diwakafkan dan menjadi milik umat Islam hingga sekarang.

Selain itu, jemaah haji atau umrah yang berangkat dari Madinah dan hendak mengambil miqot, dapat dilakukan di Dzul Hulaifah atau populer dengan nama Bir Ali yang memiliki arti sumur Ali. Di tempat ini dahulu pernah dibuat sumur bahkan beberapa sumur oleh Ali bin Abi Thalib tentunya untuk mendapatkan air.

Sedemikian penting air untuk kehidupan manusia karena selain tanah, udara dan api, unsur pokok dalam penciptaan manusia bagi anak cucu adam yaitu air. Pantas saja jika Thales seorang filosof Yunani menyatakan bahwa “segala sesuatu atau semuanya terbuat dari air”. Di berbagai pelosok bumi, kehadiran manusia tidak terpisahkan dengan keberadaan air sehingga air diyakini sebagai unsur pokok pembentuk peradaban manusia. Tubuh manusia, 70% terdiri dari kandungan air dan salahsatu ancaman kesehatan bahkan kematian bagi manusia termasuk jemaah haji dan umrah yaitu kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).

Dengan demikian, air dan manusia tidak dapat dipisahkan. Firman Allah SWT: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?’’ (Q.S. Al-Anbiya [21]:30). Wallahu a’lam

Rohmanur Aziz, Pembimbing Tours & Travel Mumtaz Bandung dan Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (Islamic Community Development) FDK UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Pikiran Rakyat 21 Mei 2024

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *