Meneladani Guru

(UINSGD.AC.ID)Jejak kemarau hilang sudah. Hawa panas yang tiap hari serasa membakar mulai berkurang. Sekali hujan turun, ranting dan daun yang kering menghijau kembali.

Sekali hujan tiba ke bumi, maka hiduplah tunas baru yang sebelumnya mati suri. Hujan seumpama menghidupkan harapan, membawa pesan kebaruan dan janji-janji yang segera akan ditunaikan.

Hujan adalah ketulusan. Berkah dan rahmat langit yang sengaja dikirimkan Tuhan untuk seluruh makhluk. Hujan bukan hanya soal tetesan air, sejatinya ia adalah simbol cinta dari langit untuk bumi.

Itulah Guru. Ia seumpama hujan yang hadir membawa berkah dan rahmat bagi kehidupan. Sekali guru hadir di tengah kehidupan maka tersapulah kemarau kebodohan dan tandusnya ketidaktahuan. Sekali Guru hadir di pentas sejarah maka tumbuhlah pengetahuan dan kebijaksanaan.

Guru adalah cahaya terang yang menuntun langkah supaya tak salah. Guru adalah oksigen kehidupan supaya jiwa dan akal menjadi pembeda antara manusia dan binatang.

“Laulal murobbi lakanannas kalbahaim” (jika bukan karena Guru, maka manusia itu seperti hewan), begitu kata pepatah Arab.

Manakala kehidupan tersandera oleh pikiran jahat, siasat licik dan muslihat keserakahan, Guru adalah simbol kebenaran, dan bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang sudah selesai.

Seumpama berlian, kebenaran meniscayakan usaha keras untuk membersihkannya dari kotoran dan lumpur lalu mengangkatnya ke permukaan menjadi sesuatu yang lebih bernilai.

Selamat hari Guru. Semoga tetap menerangi akal dan pikiran. Semoga selalu menghidupkan jiwa dan kepekaan. Semoga menjadi cahaya yang menuntun pada keridloan Tuhan. Allahu a’lam[]

 

Dr. Radea Juli A. Hambali, M.Hum., Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *