(UINSGD.AC.ID) — Perjalanan ibadah haji dan umrah adalah perjalanan untuk menghimpun kebaikan. Hal ini niscaya dilakukan, sebab predikat haji mabrur dan umrah maqbul, sangat beririsan bahkan dikonstruk oleh himpunan kebaikan itu.
Sedari jauh, dalam Qs. Al-Mulk ayat 2 Allah menegaskan, bahwa visi dan orientasi penciptaan kehidupan dan kematian, adalah untuk menguji siapakah diantara umat manusia yang paling produktif dengan kebaikan. Sebagai bagian dari pojok kehidupan, tentu saja perjalanan ibadah haji dan umroh, tidak boleh hampa dari himpunan kebaikan itu.
Dalam spirit menghimpun kebaikan, penduduk langit, dalam hal ini para malaikat Allah, ternyata tidak tinggal diam. Mahluk yang diciptakan dari cahaya ini, membanjiri manusia, mahluk yang diciptakan dari tanah, dengan doa-doa terbaiknya bila terlibat dalam usaha menghimpun kebaikan.
Diantara kebaikan yang bisa dihimpun sekaligus bisa memikat derasnya doa malaikat, adalah memanjatkan doa-doa terbaik untuk orang lain tanpa sepengetahuan mereka yang didoakan. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda, ”Tidak ada seorang muslim yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berdoa, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim).
Ketika dalam perjalan haji dan umrah, kita melihat orang yang kelelahan lalu didoakan kuat. Melihat orang kesusahan, lalu didoakan mudah. Melihat orang menderita lalu didoakan bahagia. Melihat orang yang sakit lalu didoakan sehat. Saat itu dengan deras malaikat mendoakan kita dengan kebaikan yang sama.
Berikutnya dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya jika seorang hamba duduk di masjid setelah melaksanakan shalat, maka para malaikat akan bershalawat untuknya, dan sholawat malaikat kepadanya adalah berdoa: “Ya Allah, ampunilah Ia. Ya Allah, sayangilah Ia.” Jika ia duduk untuk menunggu shalat, maka para malaikat akan bershalawat kepadanya, shalawat mereka kepadanya adalah dengan berdoa: “Ya Allah, ampunilah Ia. Ya Allah, sayangilah Ia.” (HR Imam Ahmad).
Melalui petunjuk hadits ini, setiap jemaah haji dan umrah, sejatinya bisa menghimpun kebaikan dengan mengambil kesempatan untuk beri’tikap menunggu waktu shalat dan tidak terburu-buru pulang setelah sholat, di Masjidil Haram dan Masjidin Nabawi. Sebab ampunan dan rahmat Allah, sebagai penopang mabrurnya haji dan maqbulnya umrah akan deras mengalir didokan malaikat.
Selain itu, berdasarkan petunjuk dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, hingga semut-semut yang ada di lubangnya, hingga ikan-ikan, benar-benar semuanya bershalawat (memintakan ampun) untuk orang yang mengajari kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam spirit hadits ini, agar memikat doa-doa terbaik dari penduduk langit dan bumi, hingga menjadi penopang diraihnya haji yang mabrur dan umrah yang maqbul, perjalanan ibadah haji dan umrah bisa digunakan sebagai kesempatan untuk mengajarkan kebaikan.
Mengajarkan kebaikan, tentu saja tidak hanya terikat pada sesuatu yang bernuansa akademis, namun terkait erat dengan segala hal praktis. Memberi tahu jamaah yang tidak tahu. Memberi petunjuk pada jamaah yang membutuhkan arah, meneguhkan sesuatu yang meragukan. Itu semua merupakan bagian dari mengajarkan kebaikan.
Untuk haji mabrur dan umrah maqbul, menghajatkan derasnya doa-doa penduduk langit. Berburulah mendapatkan doa-doa malaikat, dengan menghimpun kebaikan yang bisa memikatnya. Anda pasti bisa.
Dr. Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Pikiran Rakyat 26 September 2023