Adakah yang Tetap dan Tak Berubah?

(UINSGD.AC.ID)-Orang semacam Herakleitos bisa menampik dengan tegas: tidak! Sebab menurutnya, “Pantai rhei kei udan menei“. Semua mengalir, tidak ada sesuatupun yang tetap tinggal.

Maklumat Herakleitos itu seumpama menjadi diktum sejarah yang niscaya. Hukum perubahan telah menjadi ketetapan kehidupan yang mengikat siapapun bahwa seluruh yang-ada mustahil stabil dalam keabadian. Segala yang dicipta terlarang untuk mendaku diri sebagai memiliki hak untuk ajeg selamanya, tak tersentuh oleh mantra sejarah tentang perubahan. Bukankah firman kitab suci menegaskan ikhwal serupa? Kullu man ‘alaiha fan.

Tapi barangkali soalnya bukan sekadar bahwa yang abadi dalam hidup adalah perubahan. Bukan melulu tentang ketidakstabilan dan guyahnya segala ciptaan. Soalnya adalah tentang jejak yang ditorehkan dalam arus perubahan itu.

Membuat jejak adalah mencipta ingatan buat sejarah. Ia adalah tindakan (sadar) yang dilakukan supaya direkam untuk masa yang panjang sebagai “cetak biru”. Orang lalu menyebutnya sebagai keteladan atau uswah. Sebagai inspirasi atau contoh terbaik.

Abi Yana yang saya tahu telah memberikan jejak itu. Ada keteladanan dalam gerak-geraknya. Ada banyak sifat dan sikap yang bisa menjadi inspirasi dalam masa-masa beliau mengabdi. Tentang kesetiaan. Pertemanan. Integritas. Dan kecintaan terhadap ilmu.
Pengabdian adalah keabadian. Ia tak seharusnya diputus oleh purna bakti dan batas usia. Pengabdian adalah kekal, sebab sebaik-baik manusia adalah dia yang memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Allahu a’lam[]
Tabik,

DR. RADEA JULI A. HAMBALI, M.HUM, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *