5 Tokoh Pejuang Islam Jawa Barat. Ada Siapa Aja!

(UINSGD.AC.ID) — Perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa ini tidak dalam waktu yang singkat. Semua adalah hasil dari sebuah perjuangan yang panjang. Buah dari darah pejuang bangsa di berbagai tingkatan masyarakat.

Kita harus mengetahui perjalanan dan perjuangan para pahlawan khusunya para pejuang Islam agar kita bisa lebih mengerti dan paham memaknai kehidupan yang sudah merdeka ini.

Berikut 5 nama pejuang Islam yang ada di Jawa Barat:

1. K.H. Anwar Musaddad
Lahir di Garut pada 3 April 1910, K.H. Anwar Musadad terkenal sebagai sosok yang cerdas dan kritis. Pendidikan dasarnya dimulai di Hollandsh-Inlandsche School (HIS) Chirestelijk yang bertepatan di Garut. Setelahnya, melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Christelijk di Sukabumi dan Algamene Middlebare School (AMS) Batavia (Jakarta). Ia juga pernah menimba ilmu di tanah suci Makkah selama 11 tahun.

Sebagai seorang yang mempunyai intelektual mumpuni, K.H. Anwar Musaddad menjelma sebagai sosok ulama besar sekaligus pakar dalam ilmu perbandingan agama. Di awal kemerdekaan, K.H. Anwar Musaddad diberikan tawaran oleh Menteri Agama (H. Fakih Usman) untuk ikut mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Yogyakarta yang sekarang menjadi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama merintis di sana, ia diangkat menjadi guru besar Ushluddin IAIN Yogyakarta (1962-1967). Karena keberhasilannya, K.H. Anwar Musaddad dialihkan tugasnya untuk merintis IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan menjadi rektor pertama pada tahun 1967. Tak hanya itu, ia pernah menjadi kepala administratif partai NU terbaik di tahun 1953.

2. K.H. Yusuf Tauzirie
Perjuangan dimulai ketika K.H. Yusuf Tauzirie memimpin pondok pesantren Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Pada masa kepemimpinannya, K.H. Yusuf Tauzirie berhasil memperluas bangunan masjid Cipari hingga pertumbuhan pesantren sangatlah pesat.

K.H. Yusuf Tauzirie merupakan tokoh nasionalis yang berasal dari Cipari. Ia lebih memilih berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia daripada turut bergabung dengan DI/TII yang dipandu oleh S.M. Kartosuwiryo. K.H. Yusuf Tauzirie tidak terima dengan negara Islam. Sebab menurutnya yang terpenting adalah mengislamkan masyarakat bukan mengislamkan negara. Islam dan kebangsaan tidak perlu dipersoalkan, tetapi bisa dipertemukan.

3. K.H. Ahmad Sanusi
Tokoh besar bangsa Indonesia yang lahir di Sukabumi pada tanggal 18 September 1888. K.H. Ahmad Sanusi dilahirkan di tengah lingkungan pesantren yang kental dengan nuansa keilmuan. Sebelum melanjutkan pendidikannya di beberapa pesantren, ia belajar langsung secara intensif selama 16 tahun dari ayahnya, ajengan H. ‘Abdurrahim. Setelah menikah, ia bersama istrinya memutuskan untuk menetap di Makkah selama 5 tahun, dengan tujuan ingin memperdalam ilmu agama.

Kiprahnya dikancah politik Islam juga tidak usah diragukan. Ia bergabung dengan Syarikat Islam (SI) dan diangkat sebagai penasehat. Berkat saran ayahnya, Ia mendirikan pesantren di kampung Genteng Babakan Sirna, Sukabumi. Membentuk beberapa Majlis Ta’lim pun ia lakukan untuk mengadakan forum kajian Islam di masyarakat. Tidak berhenti sampai di situ, K.H. Ahmad Sanusi menghasilkan banyak karya tulis, baik yang murni berkaitan dengan bahasan keilmuan, upaya memantik semangat juang, maupun yang diproyeksikan untuk menegur para ulama yang menjadi kaki tangan Belanda, namun ironinya sebagian besar dari karya-karyanya justru berada di Leiden Belanda.

4. K.H. Zaenal Musthafa
K.H. Zainal Musthafa dilahirkan di Kampung Bageur, Desa Cimerah, Kecamatan Kewedanaan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Dikenal dengan nama kecil Umri kemudian berganti nama menjadi Hudaemi. Ia menempuh pendidikan formal di Sekolah Rakyat sampai kelas tiga, kemudian melanjutkan menimba ilmu ke pondok pesantren.

Sebagai seorang pemimpin pondok pesantren yang terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, K.H. Zainal Musthafa telah banyak membina dan mencetak santri handal di bidang agama Islam.
Berkhidmat untuk menyebarkan agama Islam lewat pesantren yang ia pimpin, K.H. Zainal Musthafa telah menerjemahkan 20 kitab ke dalam bahasa Sunda. Ia juga tercatat aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama dan diberi amanah sebagai Wakil Rais Syuriah NU Cabang Tasikmalaya. K.H. Zainal Musthafa juga merupakan pahlawan revolusioner, secara terang-terangan ia menyerang kebijakan politik kolonial Belanda lewat khutbah dan ceramahnya.

5. K.H. Noer Ali
K.H. Noer Ali merupakan salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Bekasi. Lahir di Ujung Malang pada tahun 1914 dengan nama Noer Ali yang berarti cahaya tinggi. Sejak kecil K.H. Noer Ali telah mempunyai semangat dan cinta tanah air yang luar biasa. Pada usia 8 tahun, ia sudah mulai mempelajari, mengenal dan mengeja huruf arab, serta mulai mengaji dan menghafal Al-Qur’an.

K.H. Noer Ali merupakan ulama tentara yang mempunyai pangkat kolonel. Ulama tentara adalah simbol perjuangan rakyat Bekasi dalam memberantas kolonialisme Belanda, Jepang hingga pemberontakan PKI. Tak hanya itu, ia beberapa kali menjadi pemimpin dalam berbagai organisasi, salah satunya komandan batalyon III Hizbullah Bekasi. K.H. Noer Ali juga merupakan seorang ulama yang mendirikan pondok pesantren Attaqwa dan sebagai pejuang kemerdekaan dengan mengikuti berbagai macam peperangan.

Demikian 5 tokoh pejuang Islam di Jawa Barat. Dengan adanya informasi ini diharapkan kita dapat memiliki semangat juang yang tinggi dan gigih dalam membela Islam dan negara. (Iqrimatunnaya/Kontributor)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *