UINSGD.AC.ID (Humas) — Bagi saya, kepergian Prof. Tafsir adalah kehilangan sosok yang dikenal luas dalam bidang filsafat pendidikan Islam. Beliau seorang akademisi yang mengesankan di dunia pendidikan Islam. Pak Tafsir, sebutan akrab beliau, telah menjadi figur penting dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan Islam.
Saya mengenal Pak Tafsir sebagai sosok yang sangat rendah hati. Sikapnya yang terbuka dan ramah membuatnya mudah diakses oleh mahasiswa dan rekan sejawat. Di saat masih sehat dan bugar, Pak Tafsir suka memanggil “nama” kalau bersua dengannya.
Pengalaman berkesan saya dengan Pak Tafsir adalah pada saat menghadiri sebuah diskusi. Beliau dengan sabar mendengarkan pertanyaan dari salah seorang peserta yang pertanyaanya “butut” dan tidak nyambung dengan apa yang dibahas. Pak Tafsir tidak memotongnya dan malah menjawabnya dengan yang bijaksana dan inspiratif. Sikap itulah yang belum bisa saya tiru sampai saat ini.
Pak Tafsir sering kali menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pengembangan moral dan spiritual. Pak Tafsir memperkenalkan konsep-konsep holistik yang mengintegrasikan pengetahuan modern dengan nilai-nilai Islam.
Kehebatan sosok Pak Tafsir adalah gagasan-gagasan inovatifnya yang sering kali menantang status quo dan “sedikit” mengundang kontroversi. Beberapa kalangan pada zamannya menganggap pendekatannya terlalu progresif dan tidak sesuai dengan tradisi pendidikan Islam yang konservatif. Namun, Pak Tafsir selalu mampu menjelaskan dan membela idenya dengan argumentasi yang kuat dan berdasarkan pada dalil-dalil yang sahih. Meskipun sedikit kontroversial, banyak yang akhirnya menerima dan mengapresiasi pemikirannya.
Pak Tafsir menekankan bahwa pendidikan Islam harus dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensinya. Dedikasinya dalam mengembangkan filsafat pendidikan Islam telah menghasilkan berbagai model dan konsep pendidikan yang diadopsi oleh banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Pak Tafsir tidak hanya dihormati karena kepakarannya, tetapi juga karena integritas, kerendahan hati, dan komitmennya dalam memperjuangkan pendidikan Islam yang berkualitas. Beliau tetap konsisten dalam visinya untuk membawa pembaharuan yang berarti dalam dunia pendidikan Islam.
Selamat jalan, Prof. Tasir. Fii jannatillah.
Ija Suntana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung.