UINSGD.AC.ID (Humas) — Dalam sebuah perjalanan ziarah ke Haramain, seorang jemaah remaja bertanya ikhwal kegemarannya mengulang perbuatan dosa. Pertama kali meningalkan sholat, ia merasa bersalah. Namun saat ia mengulangi untuk kedua kalinya, rasa bersalah itu mulai berkurang. Kemudian ketika ia terus mengulang meninggalkan sholat. Akhirnya, menjadi kegemaran bahkan kebiasaan.
Lebih jauh remaja yang masih duduk di bangku kelas 11 salah satu SMA favorit di Kota Bandung itu meminta peneguhan, “apakah kebiasaan meninggalkan sholat itu bagian dari hadirnya peyakit hati dalam dirinya? Lalu seperti apa tanda-tanda hadirnya penyakit hati itu ?”.
Dalam petunjuk Qs. Al-Baqarah : 10, Allah berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit hati lainnya”. Ketika dengan penuh kesadaran dosa diperbuat, cukuplah hal itu menjadi penanda tentang hadirnya penyakit hati. Kemudian ketika berbuat dosa menjadi habituasi, Maka Allah akan menambahkan penyakit hati yang lainnya.
Tentang ciri-ciri hati yang berpenyakit, para ulama mensitir doa Rasulullah saw, “Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548).
Dalam petunjuk doa itu, ciri pertama orang yang berpenyakit hati adalah mereka yang memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ukuran kemanfaat ilmu adalah ketika ilmu yang dimiliki bisa membimbing sang pemiliknya untuk taqarub kepada Allah.
Sejatinya orang berilmu, akan besar rasa takutnya kepada Allah.“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang berilmu. Qs. Fathir ;28. Bila bertambah ilmu, tetapi semakin bertambah jauh dari Allah. Maka hati tengah dijangkit berbagai penyakit.
Ciri hati berpenyakit berikunya adalah hilangnya khusuk dalam beribadah. Bila sholat seringkali ditinggalkan, maka ketika kembali ditunaikan, hal yang akan hilang adalah khusuk. Dalam hadits Abu Darda ra, Rasul saw bersabda, “perkara yang pertama kali diangkat dari umat ini adalah khusuk sampai tak terlihat orang yang khusuk di dalam sholatnya.”(HR. Ath-Thabrani). Hilangnya khusuk dalam sholat bisa memberi efek rembesan pada hilangnya khusuk dalam menunaikan ibadah lainnya.
Dalam hati yang tidak khusuk, Ibadah yang ditunaikan tidak akan memberi efek pada perubahan perilaku. Tidak hanya itu, hati akan cenderung keras membantu, mata akan menjadi beku (jumudul ‘aini), hingga tidak sedikitpun hadir sesal dan tangis ketika maksiat terus diperbuat.
Hati berpenyakit berikutnya adalah ketika hilanya rasa cukup. Bila hati terus dirasuki rasa tidak puas, ambisius, serakah, dan menghasut segenap potensi diri untuk menghalakan berbagai macam cara demi ambisi harta, tahta, kuasa dan yang lainnya. Maka, hati itu dalam petunjuk doa Rasulullah tadi, tengah mengidap penyakit yang teramat berbahaya.
Dari Ka’ab bin Mâlik ra ia berkata, “Rasûlullâh saw bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”
Diakhir doa di atas, Rasulullah menegaskan, bagi mereka yang hatinya berpenyakit Allah tidak akan pernah mengabulkan doa-doanya.
Bagi saya, perjalan ke Haramain, selalu menjadi momentum indah untuk mendeteksi dini berbagai macam penyakit hati. Semoga.
Aang Ridwan, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung