(UINSGD.AC.ID) — Bagi yang baru saja menjadi pemimpin, 100 hari adalah jumlah hari yang cukup “sakral” dan penting. Di jumlah hari tersebut biasanya sang pemimpin melakukan refleksi atas kinerjanya sekaligus menjadikannya sebagai momentum untuk kinerja di hari-hari berikutnya.
Ya, hari ini 20 November 2023, adalah hari ke-100 saya menjadi Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Rasa syukur yang sebesar-besarnya saya bisa melalui 100 hari dengan baik dan dengan beberapa pencapaian.
Tentu saja, 100 hari tidak bisa dijadikan tolok ukur berhasil atau tidaknya sebuah kepemimpinan. Terlalu dini untuk memberikan penilaian di sana. Namun, setidaknya kinerja 100 hari ini jadi tolok ukur apa yang akan dikerjakan pada hari-hari berikutnya.
Layaknya sebuah pertandingan sepak bola, saya memang masih terus mencari pola komunikasi pada formasi yang baru. Meskipun beberapa di antaranya ada para pemain baru, tetapi sekarang mereka berada di formasi baru. Komunikasi antar lini dan polanya terus dibangun. Saya sebagai kapten perlu menciptakan iklim dan pola komunikasi yang baik di antara para pemain.
Namun, setidaknya selama 100 hari ini, saya mendapatkan pola komunikasi yang baik, bahkan sangat baik, di antara pemain, meskipun ada beberapa yang perlu diperbaiki komunikasinya.
Namun pula, setidaknya selama 100 hari ini formasi kepemimpinan UIN Bandung sudah memenangkan beberapa pertandingan, yang ditandai dengan beberapa prestasi yang sangat membanggakan, di antaranya menjadi Juara Umum Pekan Olah Raga dan Seni se-Jawa dan Madura ke -1 di UIN Jember 2023, dan tentu saja prestasi-prestasi lainnya.
Untungnya, formasi kepemimpinan UIN Bandung punya pelatih dan mentor yang cukup handal. Para Rektor sebelumnya tentu saja sebagai para pelatih dan mentor yang akan memastikan setiap “pertandingan” yang dimainkan oleh UIN Bandung berjalan kompak dan mencapai tujuan.
Selama 100 hari berjalan, saya cukup banyak merenung, berefleksi, dan mengamati sejumlah persoalan yang dihadapi UIN Bandung, terutama persoalan internal. Meskipun saat ini—alhamdulillah—UIN Bandung menjadi kampus terdepan di PTKN versi Webometrics dan Schimago, tetapi bukan berarti tidak ada masalah di dalamnya.
Dari hasil perenungan ini, kemudian saya menawarkan 9-S (Nine of Smart) untuk menyelesaikan berbagai persoalan internal, yaitu Smart Services, Smart Document Archiving, Smart Curriculum, Smart Cooperation and Network, Smart Global Competitiveness, Smart Teaching, Smart Research, Smart Community Service, dan Smart Planning and Financing.
Ke-9 kecerdasan ini nanti akan diterjemahkan dalam RENSTRA dan akan menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan dan program empat tahun ke depan.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak atas kekompakan selama ini. Pimpinan kemenag, mulai Gus Men, Pak Sekjen, Pak Dirjen, Pak Direktur, dan para kasubdit. Mereka adalah para mentor dalam aspek kebijakan-kebijakan.
Ketua Senat, Sekretaris Senat, dan semua anggota senat yang saya posisikan sebagai “para pelatih” bagi formasi kepemimpinan UIN Bandung.
Para wakil rektor yang sangat kompak mengikuti ritme permainan kepemimpinan. Para Karo, Para Dekan dan Direktur Pasca yang sejauh ini terus mengikuti semua alur permainan. Tentu saja para pimpinan unit lainnya yang juga cukup kompak mendukung alur kepemimpinan yang sedang dijalankan. Tak lupa para dosen, para tendik, para mahasiswa, dan semua civitas akademika UIN Bandung. Terima kasih semuanya. Jazakumullah.
Selama 100 hari ini, tentu saja gaya kepemimpinan saya tidak bisa diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu, permohonan maaf saya sampaikan atas tidak-perkenanannya. Mari kita bangun UIN kita untuk menjadi Universitas Islam yang Unggul, Kompetitif, dan Moderat.