[www.uinsgd.ac.id] UIN Sunan Gunung Djati (SGD) dan Universitas Malaya dalam tiga tahun terakhir ini mengadakan pertukaran dosen untuk penelitian ilmiah maupun menguji disertasi. UIN SGD dipandang memiliki kelebihan dalam kajian-kajian keislaman sehingga menjadi bahan rujukan Universitas Malaya, Malaysia.
“Kalau ada ujian disertasi soal keislaman di Malaya, maka kami memanggil dosen dari UIN SGD,” kata Direktur Pascasarjana Universitas Malaya, Dr. H. Rooslan, di Hotel Bali Wolrd, Selasa (29/10/2013).
Ditemui di sela-sela seminar internasional Islam, Rooslan mengatakan, penelitian keislaman di Malaysia kurang berkembang karena aturan ketat dari pemerintah. “Sedangkan di Indonesia cukup bebas seperti menggulirkan kajian syiah, Ahmadiyah dan kajian yang dianggap berbahaya lainnya. Kalau di Malaysia tidak bisa dilakukan,” ujarnya.
Selain mengundang dosen dan mengadakan kajian bersama, menurut Rooslan, dua perguruan tinggi itu juga menerbitkan jurnal ilmiah yang sudah terbit dua kali. “Rencananya juga ada pertukaran mahasiswa meski belum sampai pada tingkat dual degree karena aturan pemerintah Malaysia amat ketat. Tidak bisa dilakukan transfer nilai akademik sehingga kalau mau kuliah di Malaysia harus dari awal lagi,” tuturnya.(A-71/A-147)***
Sumber, Pikiran Rakyat Selasa, 29/10/2013 – 13:12