(UINSGD.AC.ID)-Sebagai Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap keberadaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) se-Indonesia, dapat terus meningkatkan kompetensi ekosistem kampus, mempersiapkan para dosen dan mahasiswa melanjutkan estafeta perjuangan bangsa di masa depan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Gus Menteri saat membuka Seminar Indonesia Emas bertajuk Membangun Optimisme Individu, Masyarakat dan Bangsa dalam Menyongsong Cita-cita Indonesia Emas tahun 2045 yang digelar secara hybrid, offline di Gedung Anwar Musaddad dan online melalui Zoom Meeting, Youtube, Selasa (21/06/2022).
Gus Men menegaskan agar para pemuda, khususnya mahasiswa PTKI, mampu bersaing, beradaptasi dan memanfaatkan adanya keterbukaan informasi, serta memiliki mental juara agar nantinya mampu bersaing kedepannya.
“Rangkaian seminar ini insyaallah akan terus berlanjut di PTKIN yang lain, ini demi untuk memperkaya wawasan dan tentu saja perspektif kita dalam memandang dunia dan membangun peradaban dimasa depan,” tegasnya.
Tujuannya untuk mempersiapkan diri melanjutkan estafet perjuangan bangsa ini dimasa yang akan datang. Terutama menjelang 100 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Kalau kita berbicara data, data kependudukan pada badan pusat statistik menunjukan bahwa pada tahun 2045 Indonesia ini akan mengalami bonus demografi yang luar biasa yaitu kondisi dimana sekitar 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif,” tambahnya.
Oleh karena itu, Gus Men lebih menekankan kepada para dosen muda dan mahasiswa yang hadir pada Seminar Indonesia Emas ini akan menjadi Ledders di masa-masa keemasan itu. “bahwa mahasiswa dan dosen muda ini akan menjadi pemegang kendali dan penentu arah bagi bangsa ini,” tandasnya.
Hadirnya ribuan sivitas akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung berupaya untuk membekali, membangun optimisme individu, optimisme masyarakat dan bangsa guna menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Sesungguhnya kita harus berhenti menyalahkan diri sendiri atau mengutuk kegelapan dan saya kira kita harus memulai berani menyalahkan api optimisme,” pungkasnya. (Muhamad Rendhy Wibowo 1194050094/Magang)