(UINSGD.AC.ID)-Untuk kedua kalinya, umat Islam di Indonesia, bahkan di dunia harus menjalani Ramadhan dalam suasana Pandemi Covid-19. Ramadhan 1441 Hijriah lalu, sebagian besar umat Islam menunaikan Ibadah Puasa dalam kondisi “nelangsa” karena harus “diputuskan” dengan berbagai ritual dan tradisi yang bermakna dan bernilai, terutama shalat berjama’ah di masjid, seperti Shalat Fardlu dan Shalat Tarawih. Umat harus menaati social distancing karena diwaspadai mesjid menjadi klaster persebaran virus corona.
Apakah Ramadhan tahun ini pun umat Islam harus merasakan situasi yang sama karena data membuktikan, persebaran virus corona masih terjadi. Bahkan, kalau dibandingkan di antara angka yang di-realease Pemerintah melalui Satgas Covid-19, Ramadhan tahun ini angka persebarannya lebih banyak. Pada awal Ramadhan 1441 Hijriah, rata-rata angka harian yang positif terpapar virus corona masih ratusan, tetapi pada awal Ramadhan 1442 Hijriah jumlahnya meningkat menjadi ribuan. Dari sisi angka yang terpapar, tahun ini lebih rentan ketimbang tahun lalu.
Realitas Pandemi Covid-19
Melonjaknya angka yang tepapar virus corona memang bukan hanya karena masifnya virus menyebar dalam jangka waktu lebih setahun ini, tetapi gencarnya tes corona dengan berbagai teknologi medis sehingga menghasil positivity rate yang tinggi. Hal itu diimbangi dengan meningkatnya kesadaran warga dalam menaati protokol kesehatan (prokes) dan percepatan vaksinasi.
Hasil survey Nielson dan Unicef akhir 2020 menunjukkan, dari paket prokes (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar dan Semarang, 90,7% warga tertib dan patuh. Mereka terdiri dari yang melaksanakan prokes secara penuh 31,5%, secara parsial (dua paket) 36%, satu paket 23,2%, dan hanya 9,3% warga yang mengabaikan prokes.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, Indonesia masuk ranking 8 di dunia yang sudah menyuntikan vaksin di bawah negara-negara yang sudah memproduksi vaksin, seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Rusia, dan China. Indonesia negara ke-4 di bawah Brazil, Turki, Jerman yang berhasil menyuntikan (vaksin) paling banyak. Sejak awal tahun hingga April 2021, Indonesia telah mencapai angka 12,7 juta vaksinasi.
Selain itu, secara psikologis masyarakat pun makin hari makin mantap dalam menghadapi pandemic covid-19. Survey Litbang Kompas pasca 10 bulan Pandemi Covid-19, membuktikan tingkat optimisme warga dalam menghadapi virus corona terus meningkat. Dari beberapa survei yang dilakukan periodik Juni, Agustus, Oktober, dan Desember 2020, masyarakat yang optimistis meningkat mencapai titik tertinggi 43,2%.
Realitas kasat mata pun menunjukkan denyut aktivitas warga hampir di semua kota terus meningkat. Kepanikan yang sempat melanda warga pada awal-awal Pandemi Covid-19 pun terus menurun. Masyarakat mulai dapat beradaftasi, berani beranjak dari rumah, sehingga sejumlah kota sudah kembali dihiasi kemacetan. Jika realitas itu pun diimbangi dengan kesadaran ber-prokes yang tinggi dan vaksinasi yang makin banyak dan merata, insya Allah pandemic covid-19 akan segera berlalu.
Moment Strategis Ramadhan
Oleh karena itu, Ramadhan tahun ini tidak akan lagi disambut dengan “kegelisahan”. Tahun lalu, sebagian umat Islam rela “mengosongkan” mesjid yang setadinya setiap Ramadhan selalu diramaikan umat dalam berlomba-lomba menebar kebajikan dan kebaikan: shalat berjama’ah, dzikir, tadarus, itikaf, takjil bersama, sedekah, ceramah, dan kegiatan lainnya. Sejatinya, Ramadhan tahun ini harus dijadikan moment kebangkitan bagi umat untuk makin menguatkan ikhtiar, berdo’a, dan bertawakal agar segera terbebas dari Pandemi Covid-19.
Ramadhan diyakini sebagai gunung emas bernilai ibadah, sehingga umat Islam bangkit meningkatkan aktivitas kebajikan dan kebaikan mulai setelah sahur sampai sahur kembali. Selain menjalankan ibadah puasa, umat Islam pun dianugerahi untuk menjalankan ibadah lainnya, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah (muamalah). Allah Swt. tidak hanya memberikan niai ibadah pada kebajikan penghambaan kepada-Nya, tetapi setiap aspek dalam kehidupan manusia berupa menebar kebaikan terhadap sesama dan alam semesta juga bernilai ibadah (QS. 2:110). Apabila ibadah tersebut ditunaikan dengan ikhlas dan khusu pada Ramadhan, insya Allah pahalanya berlipatganda. Terlebih jika amalan itu dilaksanakan pada malam lailaitul qadar, nilainya akan dilipatkangandakan sama dengan seribu bulan (QS.97:03).
Bulan Ramadhan pun, merupakan bulan pengabulan do’a-do’a. Bagi Umat Islam, selain diberikan waktu-waktu mustajab untuk berdo’a, pada Ramadhan terdapat tiga waktu yang insya Allah kalau berdo’a akan dikabulkan, yakni pada saat sahur (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758), saat menjalankan ibadah puasa (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758), dan saat berbuka buasa (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752).
Sangat banyak, bahkan mungkin tidak dapat terungkapkan dengan kata-kata yang dimiliki manusia, bagaimana luar biasanya nilai-nilai Ramadhan. Oleh karena itu, Ramadhan kedua pada masa pandemic covid-19 ini, sejatinya kita jadikan moment strategis untuk bangkit mendawamkan kebajikan dan kebaikan dengan bersimbuh dan berdo’a semoga Allah Swt. segera mengangkat dan memusnahkan virus corona. Kita yakin hanya Allahlah yang menciptakannya dan hanya Allahlah yang dapat memusnahkannya. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Mahi M. Hikmat, Dosen Fakultas Adab & Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Sumber, Pikiran Rakyat, Selasa 13 April 2021