[www.uinsgd.ac.id] Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Wilayah II Jawa Barat dan Banten menyelenggarakan workshop penelitian dosen yang diikuti 103 peserta dari seluruh PTAIS di Jabar dan Banten. Kegiatan dilaksanakan pada Rabu-Kamis (26-27/ 06/2013) di Puri Khatulistiwa Jatinangor Sumedang.
Dalam wokhsop tersebut panitia menghadirkan sejumlah pembicara yang ahli pada bidangnya baik sebagai akademisi ataupun pejabat structural. Dari kalangan akademisi ada Drs. Cik Hasan Bisri, M.Si Dr. Deden Efendi, MA, dan Prof, Dr. H. Tajul Arifin, MA sedangkan dari pejabat structural hadir Ketua Bappeda Jawa Barat Deni Juanda, Staf Ahli Gubernur, dan Kasubdit Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Publikasi Ilmiah Jawa Barat.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Bapeda yang menyampaikan materi tentang kebijakan pemvrop Jawa Barat dalam bidang Penelitian PTAIS mengatakan bahwa pada tahun 2025 jabar diarahkan untuk menjadi daerah yang berdasar ilmu pengetahuan, bukan peraturan.
“Mau pidato ada aturannya, mau menjadi politisi ada aturannya, mau membuat surat juga ada aturannya, mau melakukan apapun juga ada aturannya. Jika merujuk ke pengetahuan, jika salah membuat surat maka diperbaiki, tetapi jika berdasar peraturan, salah membuat surat bisa dipenjara.”
Menurutnya salah satu kebijakan pemerintah Jabar saat ini dibidang akademik adalah peningkatan mutu kualitas dosen agar mampu berdaya saing dan produktif sehingga ke depannya menghasilkan pemerintahan yang bermutu.
Sedangkan berkaitan dengan bidang penelitian khususnya untuk PTAIS, bagaimana agar PTAIS mendapatkan support dari pemprov, ia mengatakan “setiap PTAIS harus punya kekhasan dan keunggulannya apa, harus punya kojo, agar bisa bersaing dengan PT lain di Jawa Barat.
Pada sesi terakhir dia menyampaikan bahwa dirinya memiliki 5 dosa besar yaitu,”belum berhasil melahirkan negarawan sesuai perintah gubernur, kalopun ada itu kebetulan. Kedua, belum berhasil melahirkan pemikir-pemikir besar. Ketiga, belum berhasil melahirkan pengusaha-pengusaha besar. Keempat belum bisa melahirkan calon-calon pemimpin. Saat ini kebanyakan capres berasal dari luar Jawa Barat, padahal jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 45 juta sama dengan jumlah penduduk Prancis. Dan kelima, belum mampu melahirkan tokoh dari Jawa Barat. [Dudi, Ibn Ghifarie]