(UINSGD.AC.ID)-Sepanjang sejarah, dalam hitungan bulan, lebih dari seribu empat ratus kali umat Islam menjalankan ibadah shaum. Kita sendiri, tentu masing-masing memiliki pengalaman individual.
Ada yang baru, sedang belajar, belasan atau puluhan kali melaksanakan ibadah yang selalu dirindukan. Ada masa saat ibadah sebulan penuh ini terasa berat, atau setiap saatnya penuh nikmat.
Bulan penuh rahmat, kedatangannya selalu disambut kegembiraan umat. Tak sekadar ritual, melalui madrasah Ramadhan, umat semakin dikuatkan aspek individual spiritual dan kesalehan sosial. Fondasi kokoh menuju kejayaan umat. Tentu saja, ukuran kebangkitan umat Islam sifatnya menyeluruh.
Tidak hanya aspek sosial, ekonomi, pendidikan dan politik, tapi juga spiritual. Ditandai dengan membaiknya kualitas ketaatan dalam menjalankan ajaran agama, disertai dengan kemanfaatan pada lingkungan dan sesama.
Umat saat ini masih diuji dengan berbagai kekurangan, belum lagi dengan kondisi pandemi. Di sisi lain, zaman tengah berubah cepat, bahkan cenderung disruptif. Dibutuhkan sikap arif dan bijak menapaki berbagai hal. Kita diberikan keinsyafan untuk merefleksikan diri, lalu bergerak cepat menguatkan upaya kebangkitan umat dan menebar rahmat.
Sektor pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik dan spiritual hendaknya menjadi perhatian bersama. Selain itu, persaudaraan sesama umat, satu bangsa bahkan kemanusiaan secara global harus dikokohkan. Teruslah bekerja sama dan sama-sama bekerja. Bagi generasi muda, tingkatkan kompetensi, kembangkan kreativitas, jangan kendor berinovasi dan berkembanglah dengan semangat kolaborasi.
Selain itu, formalisme dan kedangkalan makna dalam beragama sedang menggejala. Memaknai cara beragama yang jauh lebih mendalam, batini individual dan kebangkitan spiritual menjadi penyejuk keringnya jiwa. Harus diakui, kini sebagian besar manusia lebih memilih kesenangan duniawi daripada kenikmatan di alam abadi.
Hawa nafsu dituruti, kubangan syahwat diselami. “Yaitu orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat…,” (QS Ibrahim: 3).
Pada bulan inilah, kualitas hidup secara spiritual dan sosial diperbaiki dan ditingkatkan. Ibadah shaum mengajarkan untuk tidak hanya sungguh-sungguh dalam kegiatan ritual, tapi juga memiliki tanggung jawab tinggi secara sosial. Predikat ketakwaan itu, tidak lahir dari ibadah individual vertikal semata (QS al-Baqarah: 177).
Mari jadikan gerakan tolong menolong dalam kebaikan dan takwa menjadi budaya. Kebaikan yang menyeluruh merupakan tuntutan bagi hamba. Jika kebaikan dapat dinilai manusia, maka ketakwaan dinilai oleh Allah SWT dan manusia akan merasakannya pula. Di kala kebaikan dan ketakwaan telah bersama, maka bahagia dan berkah yang melimpah akan dirasa.
Teruslah bergerak, jangan pernah berhenti dalam peran dan tugas masing-masing. Sesulit apapun tantangan dan ujian kehidupan, tetaplah optimistis dan menebar kemanfaatan. “… Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah…” (QS az-Zumar: 53).
Sumber, Hikmah Republika, Selasa 13 April 2021