[www.uinsgd.ac.id] Kasus korupsi tak ubahnya genosida yang bisa merusak peradaban suatu bangsa. Tak heran jika Abrahan Samad menyebut bahwa Indonesia sedang darurat korupsi.
“Sebuah bangsa tidak bisa maju apabila terus melakukan korupsi. Perilaku korupsi ini tak lain merupakan genosida terhadap peradaban,” kata Samad dalam seminar motivasi “Spirit of Indonesia” di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, Senin (12/2/2018).
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu menyebutkan alasan mengapa seseorang melakukan korupsi. Sifat tamak dan serakah bisa menutup akal sehat hingga seseorang melakukan tindak korupsi. “Ingin memiliki gaya hidup yang mewah. Itulah seringkali yang dilakukan seseorang hingga ia terjebak dalam pusaran korupsi,” ujar Samad.
Korupsi kini menjadi fenomena gunung es yang sulit dihentikan. Namun, kata Samad, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memberantasnya. “Yang paling terlihat adalah pemberantasan korupsi melalui cara penindakan represif,” ujarnya. Contohnya, tayangan penangkapan pelaku korupsi di televisi. “Itu sengaja disebarkan ke media agar pelaku bisa mendapat efek jera,” kata Samad menambahkan.
Selain itu, tata kelola regulasi di setiap instansi juga menjadi salah satu hal penting yang mampu mencegah perilaku korupsi. “Setiap instansi harus punya aturan tata kelola yang tegas supaya terhindar dari segala kecurangan atau korupsi,” tutur Samad.
Pentingnya Integritas Generasi Muda untuk Mencegah Korupsi
Hal lain yang tak kalah penting, sebut Samad, adalah pentingnya integritas yang harus dipupuk sedari dini. Dalam hal ini implementasinya berupa tindakan yang selalu menjunjung tinggi akhlak yang baik. “Kesadaran akan integritas itu dimulai dari akhlak yang baik,” katanya.
Samad mengajak generasi muda untuk memiliki akhlak yang baik agar terhindar dari segala kecurangan yang bisa berujung pada perilaku korupsi.
Sekolah dan perguruan tinggi harus jadi pilar penting dari penanaman akhlak sejak dini. Jenjang pendidikan formal bukan hanya tempat para peserta didik untuk mendapatkan ilmu. Tapi juga sebagai tempat pembentukan karakter yang bermoral.
“Jangan sampai lulusan perguruan tinggi jadi manusia yang pintar tapi tidak bermoral. Ketika moralnya buruk dan tidak berintegritas, nantinya bisa mencetak para pemimpin yang tidak punya hati dan hanya mementingkan diri sendiri,” kata Samad memungkasi. ( Anggun Nindita Kenanga Putri, Asri Wuni Wulandari/Ayobandung)