UINSGD.AC.ID (Humas) — Kehadiran KH Anwar Musaddad di panggung sejarah Indonesia telah membawa spirit tersendiri. Ia dapat dipandang sebagai salah orang yang memiliki kontribusi besar dalam mencetak generasi bangsa. Melaiui tangan dinginnya telah lahir sejumlah ulama, ilmuwan, politikus, dan birokrat.
Kiprahnva tidak hanya di dalam negeri. Kapasitasnya sebagai tokoh juga diakui di luar negeri. Hal itu terbukti dengan tersebarnya para murid Anwar Musaddad di Tirnur Tengah, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Bahkan di antara muridnya, sebut saja misalnya, Syekh Muchsin Bachrum kemudian menjadi pemilik perusahaan penerbitan terbesar di Jedah dan Zakky Yamani diangkat oleh Kerajaan Arab Saucli sebagai Menteri Perminyakan dengan broom OPEC-nya. (IAIN Sunan Gunung Djati Bandung,1999:23-24; Wawancara dengan K. H. A. Thonthowi Jauhari, Pengasuh Pontren Al-Wasilah Garut, Tanggal 17 J anuari 2015 di Garut).
Terdapat delapan gagasan dan pemikiran KH Anwar Musaddad yang terangkum dalam delapan bidang ilmu, yaitu: (1) Ilmu Akhlak-Tasawuf, (2) Ilmu Perbandingan Agama, (3) Metodologi Pendidikan, (4) Pendidikan Keluarga, (5) Metodologi Dakwah, (6) Management dan Leadership, (7) Gagasan Pesantren Luhur, dan (8) Pendidikan Bahasa Arab.
Dalam tulisan ini membahas tentang Gagasan Pesantren Luhur
Jahja Umar menyebutkan terkait ide awal Pesantren Luhur, “denger-denger itu begitu. Yang jelas ia (Anwar Musaddad, pen.) seorang tokoh di NU dan IAIN. Ia sangat disegani di NU dan IAIN. Sangat menjadi mungkin gagasan Pesantren Luhur dari dia” (Wawancara dengan Jahja Umar, Ph.D., Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggal 21 Januari 2015 di Ciputat, Tangerang).
Pernyataan senada disampaikan Nasaruddin Umar sebagai berikut.
“… wajar kalau ia (Anwar Musaddad, pen.) punya gagasan Pesantren Luhur, karena ia adalah tokoh pesantren sekaligus aktivis kampus. Tujuannya untuk mewujudkan nilai-nilai intelektual kampus dan sebaliknya.Ia melihat lulusan IAIN di persimpangan jalan. Jadi ilmuwan kalah dengan UNPAD dan ITB. Jadi ulama juga kalah jauh dari alumni pesantren” (Wawancara dengan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Tanggal 21 Januari 2015 di ]akarta).
Ahamad Tafsir (1999 : 1 07-1 08) ia menyebutkan bahwa ” .. . pada awal 1970-an pernah muncul pemikiran beliau (Anwar Musaddad, pen), sayup-sayup, menginginkan kekhasan IAIN Bandung sebagai Pesantren Luhur. Ya, Pesantren Luhur. Sebenarnya ide ini amat fundamental. Namun, konsepnya masih belum jelas dan berhenti di tengah jalan” .
Nilai Pendidikan
Pendirian Pesantren Luhur terdapat dugaan, merupakan gagasan Anwar Musaddad yang sangat ideal. Di sana terdapat nilai-nilai pendidikan pesantren yang belum dilakukan oleh model pendidikan IAIN. Padahal menurut Anwar Musaddad, nilai-nilai itu sangat diperlukan dalam rangka membentuk karakter bangsa. Di antara kelebihan nilai-nilai pendidikan pesantren adalah:
Pertama, kemandirian. Lulusan pesantren selalu diarahkan untuk hidup mandiri. Tidak dijumpai program dalam pendidikan pesantren yang diarahkan untuk sekolah kerja (PNS, TNI, guru, politikus, dan lain-lain).
Kedua, kuatnya pengamalan spiritual, tasawuf. Pengamalan tasawuf dapat melahirkan kineria akhlak yang tinggi, kesederhanaan, dan kebaikan. Hal-hal seperti itu, memang kurang mendapat perhatian dalam model pendidikan IAIN. Karena itu, IAIN Bandung harus memiliki model khas, yaitu Pesantren Luhur (Tafsir, 1999 : 108 ; Sanusi, 2012: 202).
Ma’had Aly
Model Pesantren Luhur yang dimaksud Anwar Musaddad, adalah lembaga pendidikan tingkat tinggi (ma’had aly) berbentuk gabungan antara model pendidikan tinggi lslam dan pesantren yang tujuannva untuk mendidik calon ulama.
Seorang lulusan Pesantren Luhur, menurut Anwar Musaddad, bukan hanya menjadi seorang yang faham dan fasih dalam ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga berkarakter ulama (worasat al-anbiya’).
Karena itu, menurut Anwar Musaddad, semestinya perguruan tinggi Islam (IAIN) harus mengacu ke arah itu, yaitu melahirkan ahli agama, bukan hanya mendidik seseorang untuk menjadi ilmuwan yang saleh. Ahli agama di sini adalah seorang ulama yang memenuhi empat karakter, yaitu: tidak emosional, terbuka, berorientasi masa depan (tidak kurung batok), serta efisien dan produktif. (Sanusi, 2012:202-201).
Dalam fokus pendidikan Pesantren Luhur, menurut Anwar Musaddad, bukan dimaksudkan agar para lulusannya menjadi guru agama, namun lebih diarahkan pada socio religious leader, yaitu karakter keulamaan yang menjadi inti pendidikan.
Anwar Musaddad menyadari, bahwa tujuan yang mengacu ke arah itu telah gagal dilakukan IAIN. Dalam pandangannya, meskipun jumlah sarjana Islam semakin bertambah, namun yang meneruskan jejak keulamaan sangat terbatas.
Karena itu, ia menginginkan lulusan IAIN menjadi kaum intelek yang nyantri dan santri yang intelek. Esensinya adalah kedalaman dan keluasan sikap proaktif, serta visioner dalam mengembangkan pendekatan lintas kawasan ilmu dan keahlian, lintas regionalisasi, membuka kesempatan yang luas tanpa diskriminasi, serta tetap mengembangkan pembelajaran tinggi sepanjang hidup. (Syarifuddin, 1999 : 147)
Untuk mengetahui pokok-pokok gagasan KH Anwar Musaddad dapat diunduh pada laman ini