Yuk Muliakan Bulan Muharam, 3 Cara Merawat Anak Yatim Perspektif Syekh ‘Alauddin al-Baghdadi

Ilustrasi foto Sahabat Yatim

UINSGD.AC.ID (Humas) — Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt adalah dengan cara membahagiakan anak yatim, yaitu anak kecil yang belum baligh yang ditinggal wafat oleh ayahnya. Islam menganjurkan semua umat Islam untuk memberikan kasih sayang kepada mereka. Memuliakan dan menyantuni mereka, serta memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Hal ini merupakan warisan yang diajarkan oleh Rasulullah saw selama hidupnya. Ia merupakan sosok seorang Nabi yang sangat cinta dan sayang pada anak yatim. Maka tidak heran jika kita sebagai umatnya dianjurkan oleh Nabi untuk merawat dan mencintai mereka dengan sepenuh hati.

Oleh karenanya, bulan Muharram ini merupakan momentum yang sangat tepat bagi kita semua untuk membahagiakan anak-anak yatim. Sebab, Muharram merupakan bulan yang dianjurkan oleh Nabi untuk memuliakan dan menyantuni mereka, sebagai bentuk kepedulian umat Islam dan memberikan semangat kepada mereka untuk terus belajar dan berjuang dalam meraih cita-citanya. Anjuran menyantuni dan membahagiakan anak yatim sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 220:

 

وَيَسْأَلونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ

Artinya: Mereka menanyakan kepadaMu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, ‘Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!’ Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan (QS Al-Baqarah: 220).

Merujuk pendapat Imam at-Thabari dalam kitab Tafsir at-Thabari, ia menjelaskan bahwa Allah menurunkan ayat ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang-orang yang hidup bersama anak yatim yang telah mencampur hartanya dengan harta mereka.

Pemeliharaan anak Yatim; Kemudian ayat ini menjelaskan bahwa yang terpenting dalam hal ini adalah pemeliharaan yang baik terhadap anak-anak yatim, tidak menyia-nyiakan hidupnya, tidak menelantar-kannya, serta terjamin ketentraman dan kesejahteraannya.

Dengan demikian, pelajaran penting dalam ayat ini adalah mengajak kepada kita semua untuk senantiasa membahagiakan anak-anak yatim, dengan cara memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan menjaga kesejahteraan dan ketentramannya.

Perlakuan pada Keberadaan anak yatim dalam suatu rumah yang diperlakukan dengan baik menjadi keberkahan tersendiri bagi penghuninya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

خَيْر بَيْت فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْت فِيهِ يَتِيم يُحْسَن إِلَيْهِ. وَشَرّ بَيْت فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْت فِيهِ يَتِيم يُسَاء إِلَيْهِ

Artinya: Sebaik-baiknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruknya rumah di kalangan umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk (HR Abu Hurairah).

Pahala yang sangat istimewa kepada orang-orang yang merawat anak yatim; Tidak hanya berupa anjuran merawat dan menyantuni anak yatim saja,  namun Allah juga menjanjikan pahala yang sangat istimewa kepada orang-orang yang merawat anak yatim. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُما شَيْئًا

Artinya: Aku dan orang yang merawat anak yatim seperti ini dalam surga. Kemudian nabi memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, seraya sedikit merenggangkannya (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits Nabi di atas kiranya sudah cukup bagi kita semua perihal kemuliaan anak yatim dan orang-orang yang merawatnya. Kemuliaan yang akan didapatkan oleh mereka sangat istimewa, yaitu akan di tempatkan di dalam surga berdekatan dengan Rasulullah.

Merawat Anak Yatim itu Penting: Perspektif Syekh ‘Alauddin al-Baghdadi; Merawat dan menjaga anak yatim adalah kewajiban yang ditekankan dalam banyak tradisi agama, termasuk Islam. Syekh ‘Alauddin al-Baghdadi, dalam kitab Tafsir Lubabut Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil, menjelaskan tiga alasan utama mengapa kita diharuskan untuk merawat anak yatim.

Pertama, anak yatim masih sangat kecil dan tidak bisa mengatur pola kehidupannya. Anak-anak, terutama yang masih kecil, belum memiliki kemampuan untuk mengurus diri mereka sendiri. Mereka memerlukan bimbingan, perhatian, dan perawatan dari orang dewasa. Tanpa sosok yang dapat membimbing mereka, anak-anak ini akan kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka butuh orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membantu mereka memahami dunia di sekitar mereka.

Kedua, kesendiriannya karena kehilangan seorang ayah. Anak yatim telah kehilangan salah satu figur terpenting dalam hidup mereka, yaitu ayah. Kehilangan ini tidak hanya berdampak emosional tetapi juga praktis. Ayah biasanya adalah sumber dukungan emosional dan finansial. Ketika seorang anak kehilangan ayahnya, mereka kehilangan perlindungan dan rasa aman yang diberikan oleh figur ayah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan dukungan dan kasih sayang yang mereka butuhkan untuk mengatasi rasa kesepian dan kehilangan ini.

Ketiga, tidak adanya orang yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak yatim seringkali tidak memiliki akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Tanpa seseorang yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ini, mereka bisa jatuh ke dalam kemiskinan dan kekurangan. Merawat anak yatim berarti memastikan bahwa mereka memiliki akses ke semua kebutuhan dasar ini, memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Secara keseluruhan, merawat anak yatim adalah tindakan mulia yang membantu anak-anak ini memiliki masa depan yang lebih baik. Dengan memberikan mereka perhatian, dukungan, dan cinta, kita tidak hanya memenuhi kewajiban moral dan agama kita tetapi juga berkontribusi terhadap pembentukan generasi yang lebih baik di masa depan.

Selain balasan istimewa berupa surga yang berdekatan dengan Nabi di akhirat, merawat dan menyantuni anak yatim juga memiliki balasan yang sangat istimewa ketika di dunia, yaitu akan dilunakkan hatinya oleh Allah swt. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam salah satu riwayat sahabat Abu Hurairah, bahwa suatu saat ia mendengar seorang laki-laki yang mengadu kepada Rasulullah perihal hatinya yang keras, kemudian Nabi menyuruhnya untuk memberi makan orang miskin dan mengusap kepala anak yatim,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً شَكَا إِلَى النَّبِىِّ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ

Artinya: Dari Abu Hurairah, bahwa terdapat seorang laki-laki mengadu kepada nabi tentang hatinya yang keras, maka nabi bersabda: Berilah makanan kepada orang miskin, dan usaplah kepala anak yatim.

Prof A. Rusdiana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *