WR III, “Seharusnya Akademisi Percaya Diri”

Indonesia Itu Seksi, Menarik Peneliti Luar Negeri

[www.uinsgd.ac.id] Indonesia diibaratkan gadis cantik yang sangat seksi, sehingga meng­undang para peneliti dari berbagai keilmuan. Menurut mereka, “keseksian” Indonesia di antaranya ke­kaya­an budaya, adat istiadat, dinamika politik, hingga ekspresi keagamaan serta sumber daya manusia.

“UIN SGD Bandung baru saja mendapat kehormatan menjadi tuan rumah International Indonesia Forum (IIF) ke-7 di Jatinangor, Kab. Sumedang. Kesimpulannya, mereka mengibaratkan Indonesia itu seksi, sehingga sangat tertarik untuk melakukan penelitian,” kata Kepala Subag Humas UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Drs. Saepudin, M.Ag. saat ditemui “GM” di kampus UIN SGD Bandung, Jln. A.H. Nasution Bandung, Senin (25/8).

Dikatakannya, kegiatan yang berlangsung sejak Selasa (19/8) hingga Rabu (20/8) itu, diikuti puluhan akademisi dan peneliti dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, yang menyampaikan hasil temuan barunya tentang Indonesia.

Wakil Rektor (WR) III UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Ali Ramdhani saat membuka IIF mengatakan, berbagai budaya dan kekayaan yang dimiliki menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti tentang Indonesia.

“Saya mengucapkan selamat datang di Bandung. Kami sangat berterima kasih, silaturahmi intelektual dari para peneliti tentang Indonesia ini sangat penting,” katanya.

Menurut Ali, potensi besar yang dimiliki seharusnya membuat para akademisi Indonesia mengembangkan berbagai kajian dengan penuh percaya diri. Kegiatan ini kesempatan emas, jembatan adanya dialog keilmuan terbuka.

Sementara pimpinan IIF, Frank Dhont mengatakan, para presenter yang hadir berlatar belakang pendidikan doktor dan ada yang telah profesor, sehingga diharapkan hasil riset yang dikemukakan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang Indonesia.

Masyarakat Sunda

Pada sesi pertama, pemakalah yang menyampaikan hasil penelitiannya adalah Mirjam Licking dari Freiburg University, yang meng­angkat soal modal sosial dan politik arabisasi di Madura. Sementara Ellen Kent dari Australian National University mengangkat hasil risetnya tentang karya artistik masyarakat Sunda yang tercermin dari karya-karya Tisna Sanjaya.

Sedangkan sesi kedua diisi Nargiza Alimova dari Tashkent State Institute of Oriental Studies, yang mengkaji peran Indonesia di Orga­nisasi Islam Internasional (OKI). Sementara dalam kajian wanitanya, Tracy Wrigt Webster dari IIF meng­angkat soal pengaruh kuat Kartini dalam sejarah wanita Indonesia. Sementara Aditya Perdana dari University of Hamburg mengungkap soal peran politik perempuan di era setelah Soeharto.

Sementara itu dari sisi ekonomi, David Price, peneliti dari Charles Darwin University mengangkat soal investasi global yang berkembang di Indonesia. Dari sisi politik, Max Regus, peneliti dari Erasmus University, mengangkat hasil risetnya tentang model demokrasi mayoritas dan inklusif di Indonesia.

Ketua panitia IIF, Munir menyatakan, agenda tahunan ini merupakan lanjutan forum internasional tentang Indonesia yang berfokus pada isu kontemporer yang sedang dihadapi bangsa.

“Para akademisi dalam dan luar negeri menjadikan Indonesia sebagai objek kajian riset dan berusaha memberikan masukan tentang berbagai persoalan sosial, budaya, hukum, politik, dan ekonomi yang terjadi,” kata Munir.

Dikatakan Munir, penyelenggaraan IIF ketujuh oleh UIN SGD Bandung juga memberikan gambaran tentang Indonesia di masa depan. “Kami sengaja mengambil momentum HUT ke-69 Kemerdekaan RI dan pemerintahan baru. Kami berharap ada banyak gagasan hebat untuk membangun Indonesia yang lahir dari forum ini,” katanya.
(B.46)

Sumber, Galamedia 26 Agustus 2014

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *