(UINSGD.AC.ID)-Pius Lustrilanang salah seorang tokoh gerakan reformasi yang berhasil menumbangkan Rezim Orde Baru pimpinan Soeharto disambut hangat di Aula Anwar Musaddad Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, Selasa (6/12/2022).
Pius yang kini menjadi aktivis akademik bergelar Doktor, S.I.P M.Si itu datang untuk menjadi narasumber dalam acara bedah buku Aldera yang diadakan Fakultas Ushuluddin UIN Bandung.
Dalam sambutannya Dekan Fakultas Ushuluddin Dr Wahyudin Darmalaksana MAg dengan semangat dan antusias menyambut kehadiran Pius. Sempat hendak memutar dua lagu perjuangan yang sedang viral meski gagal karena masalah teknis, Dekan tampak mengapresiasi tinggi kehadiran tokoh tersebut.
” Bung Pius, ini mahasiswa yang saya sebut sebagai generasi z (gen z) hadir dengan kesadaran sendiri. Mereka daftar dengan mengisi google form, beda dengan kehadiran acara bernuansa politik” ujar Dekan.
Dekan berharap semoga dengan bedah buku Aldera ini, mahasiswa semakin tersadar dan peduli serta terpanggil untuk turut terlibat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
Sementara itu, Wakil Rektor I UIN Bandung Prof.Dr. Rosihon Anwar MA yang secara langsung membuka acara tersebut mengatakan bedah buku merupakan hal lumrah dan biasa dalam tradisi akademik. Karena itu, Ia berharap bedah buku tersebut mampu mendorong mahasiswa untuk terlibat langsung dalam mendorong perubahan ke arah yang lebih baik di masyarakat.
Rosihon menjelaskan mahasiswa sekarang perlu mengambil semangat dari kisah Ashabul Kahfi yang diceritakan Alloh SWT dalam Alquran. “Ashabul Kahfi adalah kelompok anak muda yang kritis terhadap penguasa. Meski diceritakan tidur di dalam gua untuk menghindari kekejaman penguasa, tapi tidur di situ bisa kita artikan bukan tidur dalam arti tidur,” ujar Rosihon.
Tidur di situ, lanjut Rosihon, bisa dimaknai banyak makna (bukan tidur dalam arti sebenarnya). “Meski secara tekstual memang maknanya tidur tapi bisa diartika juga sebagai persiapan dengan belajar, menambah ilmu dan melengkapi diri dengan berbagai persiapan untuk membantu menyelesaikan masalah atau penyimpangan di masyarakat,” paparnya.
Acara bedah buku tersebut diawali dengan pemutaran video pendek menceritakan perjuangan mahasiswa, salah satunya Pius melawan sikap represif rezim orde baru. Namun seperti disampaikan moderator bedah buku Dr.Radea Y Hambali MA, apakah Pius masih punya semangat melawan ketidakadilan dan berdiri untuk kepentingan rakyat atau justru berada di belakang penguasa ?
Gagasan Pius Lustrilanang berjudul ALDERA, Potret gerakan Politik Kaum Muda 1993 – 1999, terbitan KOMPAS, setebal 308 halaman.
“UIN SGD Bandung itu kampus gerakan!,” berkali-kali Pius Lustrilanang mengucapkan dalam sambutannya seusai buku gagasannya yang berjudul ALDERA (Aliansi Demokrasi Rakyat) dibedah oleh para akademisi yang juga mantan aktivis era ’90-an, dihadapan ratusan mahasiswa UIN SGD Bandung.
Tampak para pembedah buku ALDERA itu yang menjadikan kampus UIN SGD Bandung lebih bergairah, di antaranya Prof. Dr. Bambang Qomaruzzaman, M.Ag., Filsuf Islam/ Dosen Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung, Dr. Budi Rajab, M.Si., Antropolog dan Dosen FISIP Unpad, Teddy Wibisana, Ketua Tim Penulis,
Hampir senada para pihak yang membedah buku ‘ALDERA’ ini menempatkannya, sebagai tonggak penting untuk khazanah potret perjuangan mahasiswa Indonesia yang terkenal unik di dunia dalam hal menggelorakan gagasannya untuk sebuah perubahan, ini katanya tidak ujug-ujug malah dimulai sejak era mahasiswa Stovia sebelum kemeredekaan RI 1945, hingga penumbangan ORLA menjadi ORBA pada 1965, Malari 1974, berlanjut ke Gerakan Mahasiswa 1978, dan terakhir ini pada periode 1993 – 1998 (reformasi) yang menumbangkan secara kolosal kepemimpinan presiden Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun:
“Apa yang kita nikmati sekarang atau hari ini, bukanlah gratisan semata. Semuanya, muncul situasi berdemokrasi saat ini, diperoleh berkat perjuangan para mahasiswa yang di antaranya dari periode 1993 – 1998 itu,” papar Bambang Qomarruzzaman yang diamini rekan-rekan para pembedah buku ALDERA ini.
Doakan Film-nya
Menurut Pius Lustrilanang yang kini sebagai Anggota VI BPK RI, sebelum memungkas sambutannya atas masukan untuk buku ‘ALDERA’ yang diorkestrasi oleh tim penulis Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana, Rahadit. Wiratama, dengan editor Marlin Dinamikanto, menanggapi kritikan dari Budi Rajab yang menyatakan buku ini terlalu kering, karena miskin romantisme ala kehidupan mahasiswa kala itu
“Ya, mungkin saja kelak bila ‘ALDERA’ ini akan dibuat versi film-nya. Doakan saja, bila dalam bentuk film dipastikan akan ada,” ujarnya dengan nada penuh senyum yang lalu ditanggapi riuh oleh ratusan mahasiswa yang tampak antusias mengikuti bedah buku ini.
Kepada redaksi beberapa mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung, di antaranya Syarifah N yang masih duduk di semester 4 menyatakan: “Ini tantangan baru bagi kami yang masuk ke generasi milenia dan Z, untuk memahami lebih jauh munculnya reformasi di negeri kita. Buku ini amat mendalam mengupasnya, apalagi ada networking segala. Semoga kami makin paham setelah tahu perjuangan mereformasi negeri ini, ke depan kita akan kemana?” ujarnya dengan menambahkan ”Mau kami dalami lagi bersama kawan-kawan.”