Umrah: Fokus Ibadah di Rumah Allah

(UINSGD.AC.ID)-Kesempurnaan ibadah bukan hanya pada pemenuhan syarat, wajib dan rukun, tetapi juga berhubungan dengan kepatutan dan etika sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya.

Berapa hari belakangan muncul dan berkembang di medsos tentang tatacara ibadah khususnya umrah yang relatif di luar kebiasaan, terutama pada pelaksanaan doa Sa’i. kontan saja fakta tersebut mengundang beberapa pertanyaan seputar tentang sah tidaknya pelaksanaan ibadah tersebut. Dari mulai dasar hukum, metode sampai pemenuhan standard ibadah yang sesuai dengan syariat. Menghadapi berbagai respon dan pertanyaan tersebut, nampaknya perlu diurai beberapa hal prinsip yang berhubungan dengan ibadah, bukan hanya umrah tetapi juga menyangkut ibadah secara keseluruhan.

Pertama, ibadah dalam pengertian yang umum merupakan bentuk kepatuhan dan ketertundukan seorang hamba kepada khalik-Nya. Ia juga merupakan bentuk komunikasi langsung tanpa sekat apapun. Dalam prosesnya ibadah dilakukan dengan tatacara sesuai dengan syariat baik yang termaktub dalam al qur’an maupun sunnah, dan ijtihad para ulama sebagai pewarits para nabi. Dengan demikian, setiap ibadah memiliki sumber rujukan yang pasti sesuai standard syariat.

Kedua, dalam pelaksaannya, setiap ibadah bukan saja sebatas menggugurkan kewajiban atau sebatas pemenuhan syarat, wajib dan rukun, melainkan juga berhubungan dengan tujuan mulia ibadah itu. Seperti halnya solat dalam al quran adalah “sesungguhnya solat itu mencegah perbuatan keji dan munkar”. Tujuan mulia dalam setiap ibadah tidak mungkin dapat tercapai manakala dilakukan dengan tatacara yang tidak sesuai dengan syariat apalagi dengan cara menambah komponen atau mempermainkannya sesuai dengan motif-motif tertentu.

Ketiga, setiap ibadah memiliki makna sosial dalam kontek pembentukan perilaku kehidupan masyarakat yang dapat menghadirkan dan membuktikan bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil ‘aalamin. Ia menjadi rahmat sekaligus suri tauladan bagi umat yang lain. Ibadah yang dilakukan tidak menimbulkan ‘kegaduhan’ baik dari sisi hukum, etika, maupun kepatutan . Ibadah yang dilakukan sejatinya memiliki implikasi sosial dalam pembentukan karakter suatu entitas kehidupan muslim. Karakter yang muncul mencerminkan rasa kesetiakawanan, kepedulian, tanggungjawab, kejujuran, kedisiplinan, ketertiban, kenyamanan, ketenangan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan tiga hal tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu benang merah yang patut menjadi renungan kita bersama bahwa apapun bentuk ibadah yang dilakukan lebih mencerminkan pada tingkat kekhusyuan (fokus) kita langsung kepada Allah dengan kemampuan menafikan seluruh unsur keduniaan. Terlebih lagi dalam ibadah umrah yang langsung dilakukan di Rumah-Nya maka focus ibadah yang sesuai dengan tuntunan syariat menjadi hal yang sangat penting. Ia tidah hanya berhubungan pemenuhan syarat, wajib dan rukun tetapi juga berhubungan dengan tingkat kepatutan dan etika sosial.

Ibadah yang dilakukan tidak sesuai dengan syariat apalagi dengan cara ‘mempermainkan’nya buka hanya tidak sah di mata hukum, tetapi juga tidak mencerminkan keteladanan sosial. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan bukan saja dapat memenuhi dahaga spiritual secara pribadi tetapi juga berimplikasi positif dalam kehidupan sosial. Wallahu a’lam bi al shawab

Aden Rosadi, Pembimbing Haji dan Umrah Qiblat Tour, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Pikiran Rakyat 15 Agustus 2023

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *