(UINSGD.AC.ID)-Ramadhan disimpulkan para ulama sebagai ajmalul madrasati, sekolah terindah. Disimpulkan demikian, karena pada bulan suci Ramadhan Allah memberikan fasilitas maha istimewa, yakni lailatul qadar, malam yang lebih mulia daripada seribu bulan.
Dalam telisik para pencinta tafsir, ada tiga makna dari al-qadr. Pertama, al-qadr adalah pengaturan atau penetapan Allah atas hambanya. Jadi lailatul qadr adalah malam penetapan atau pengaturan Allah atas hambanya. Kedua, al-qadr adalah mulia. Lailatul qadr adalah malam mulia. Diartikan demikian, sebab pada malam itu Al-Qur’an pertama kali turun. Ketiga, al-qadar adalah malam sesaknya bumi. Diartikan demikian, sebab bumi pada malam itu begitu sesak oleh turunnya para malaikat yang membawa misi menebar salam.
Baik dalam arti malam pengaturan dan penetapan, malam kemuliaan, dan malam sesaknya bumi oleh tutunnya malaikat. Bobot ketiganya, bagi siapapun yang mendapatkanya, Allah tegaskan lebih baik daripada seribu bulan.
Dalam spirit lailatul qadr, seluruh muslim seantero jagat raya, yang Allah anugerahkan kepada mereka kelebihan harta. Mereka menjadikan malam Al-Qadr sebagai momentum untuk melaksanakan ibadah umrah. Dalam kesadaran spiritualitas mereka, malam yang kemuliaannya lebih baik daripada seribu bulan, harus dijemput bukan dinanti.
Berdasarkan petunjuk Al-qur’an surat Al-Qadr, diantara langkah untuk menjemput malam al-qadr itu ada tiga kata kunci, yakni al-lail, al-malaikah dan al-Qur’an. Al-lail, artinya malam. Maka Jemputlah malam al-qadr dengan menghidupkan malam, terutama pada sepuluh malam yang terakhir.
Diantara cara untuk menghidupkan malam itu, Rasulullah saw menganjurkan untuk menjaga sholat fardu dengan berjamaah, menjaga shalat malam, memperbanyak dzikir dan do’a, serta i’tikap di masjid. Ragam aktivitas menghidupkan malam ini, bila di kampung halaman seringkali terganggu oleh berbagai kepentingnan remeh temeh. Namun dengan menyengaja berkunjung ke baitullah, atas anugerah rizki-Nya, tentu saja akan terjaga dengan sungguh-sungguh. Indahnya menjaga shalat fardu berjamaah, shalat tarawih, dzikir dan I’tikap di Masjidil Haram atau Masjidin Nabawi, nuansa kekhusuan, kesyahduan dan atmospir spiritualnya akan terasa sangat berbeda dibanding dengan lokasi lainnya.
Kata kunci kedua sebagai cara untuk menjemput malam al-qadr adalah al-malaikah, yakni memiliki kepribadian malaikat. Dalam petunjuk Qs. At-Tahrim ayat 6, Allah menegaskan bahwa diantara kepribadian para malaikat itu mereka tidak durhaka atas apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Malaikat adalah mahluk yang diciptakan dari cahaya. Selain itu, malaikat adalah mahluk yang membawa misi menebar salam untuk seluruh penduduk bumi.
Dalam kerangka ini, malam al-qadr bisa dijemput dengan internalisasi kepribadian malaikat. Pada sepuluh malam yang terakhir Ramadhan khususnya, bagaimana setiap kita menjadi pribadi yang tunduk patuh atas perintah Allah, menjadi penerang bagi sesama dan menjadi pribadi yang gemar menebar dan menabur kedamaian. Di tanah suci, dengan keagungan dan kesuciannya, setiap tamu Allah sangat potensial untuk berada pada kutub kepribadian itu.
Kata kuci lainnya terkait ihktiar menjemput malam al-qadr adalah Al-Qur’an. Menurut telaah para pencinta tafsir, malam al-qadr akan berkunjung kepada mereka yang tengah berada pada kutub tertingi interaksinya dengan Al-Qur’an. Tanah suci dan bulan suci, adalah ruang dan waktu yang sangat kondusif untuk berinteraksi dengan kitab suci. pada kutub ini, malam al-qadr potensial untuk mengunjungi.
Dalam spirit lailatul qadar, ibadah umrah menemukan kutub kenikmatan yang tiada tara sekaligus mematik berkunjungnya malam al-qadar yang lebih mulia daripada seribu bulan.
Aang Ridwan Pembimbing Haji Khusus dan Umrah Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung
Sumber, Pikiran Rakyat 26 April 2022