Umrah dan Keteguhan Hati

Ibadah Umrah dan atau ibadah haji ibarat panen raya, darinya didapatkan banyak hasil. Ada penerimaan taubat, dipenuhi segala hajat, pahala yang berlipat, sampai dikabulkan do’a-do’a. Tidak hanya itu, bila ibadah umrahnya maqbul dan ibadah hajinya mabrur, maka surga tegah menanti. Panen raya ini layak diraih, karena pada ibadah istimewa ini, segenap potensi diri dikondisikan untuk produktif berbuat baik dan giat menghapus dosa-dosa.

Dalam sebuah kesempatan silaturahim virtual dengan alumni haji dan umrah, ada pertanyaan dari jemaaah, “Apa yang harus dilakukan agar hasil panen raya ibadah haji dan umrah ini tetap terjaga?’. Sejak lama para ulama telah memberi jawaban pertanyaan itu dengan seksama. Jawabannya singkat namun padat, yakni istiqomah.

Dalam Qs. Hud ayat 112 Allah Swt berfirman, “Maka istiqomahlah (tetaplah kamu pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.

Imam An-Nawani memaknai istiqomah sebagai “keteguhan hati” untuk berdiri tegak dan mudawamah, (kontinyu) dalam beribadah dan taat kepada Allah. Secara rinci, Imam Ibnu Rajab al-Hambali (wafat tahun 795 H) mengintrodusir unsur istiqomah sebagai berikut ; pertama, adanya keteguhan pikiran dan hati dalam ketauhidan kepada Allah. Kedua, adanya kontinuitas lisan dalam mengangungkan Allah, baik dalam; dzikir, tilawah, tarbiyah, muamalah dan dakwah. Dan ketiga, adanya konsintensi perilaku yang berjalan pada jalan yang lurus (aturan Allah).

Untuk menjaga istiqomah, diawali dengan menjaga kondisi hati. Allah menegaskan dalam Qs. Shaff ayat 5, “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allâh memalingkan hati mereka; dan Allâh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. Dalam spirit ayat ini, bila hati berpaling dari Allah, seperti hati orang yang; fasik, munafik, dzholim, mubadzir, musyrik dan hati orang kafir, sangat sulit bagi siapapun untuk istiqomah pada jalan yang lurus.

Kebersihan dan keteguhan hati, merupakan kunci pembuka teraihnya istiqomah. Rasulullah saw bersabda, “Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman karena kejahatan-kejahatannya, (HR Ahmad, no. 12636).

Untuk menjaga keteguhan hati, Allah Swt merekomendasikan dua hal. Pertama teguhkan hati dengan menjaga syahadat. Dalam Qs. Ibrahim ayat 27, Allah menegaskan, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. Dalam kajian para mufassir, makna ucapan yang teguh itu adalah dua kalimah syahadat, yakni syhadat uluhiyyah dan syahadat risalah.

Berikutnya, untuk membangun keteguhan hati demi teraihnya istiqomah adalah istigfar. Allah Swt menegaskan dalam Qs. Fushilat ayat 6, “Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka istiqomahlah (tetaplah pada jalan yang lurus) menuju kepada-Nya dan Istigfarlah kepada Allah. Dan kecelakaan yang besarbagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya”.

Setelah menjaga keteguhan hati, agar istiqomah, Rasulullah Saw, merekomendasikan untuk menjaga amaliyah yang termudah dilaukan secara koniniu. Beliau bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash Ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padanya, Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.

Berikutnya, istiqomah akan didapatkan manakala seluruh alumni jemaah haji dan umrah bisa terus menjaga persahabat dengan orang-orang yang baik. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)”. (Qs. At-Taubah :119).

Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag., Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung

Sumber, Pikiran Rakyat 19 Januari 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *